Lihat ke Halaman Asli

Firliana Aulia

Guru Bahasa Indonesia

Pemakaman, Babak 1

Diperbarui: 23 Oktober 2023   07:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Satu windu-dan tahun-tahun yang mengerikan
masih dengan yang itu-itu saja,
tidakkah bosan?
barangkali suka-suka saja dengan yang sama-selama,
tahun-tahun sebelum delapan, apa
perlu dirayakan dengan kejutan? apa
kembang api yang bersahut-sahutan? apa
bahumu masih saja kuat menopang, sakit-sakitan itu, sendirian? apa
perlu aku temani dengan keragaman kita soal,
tulis dan lukis?
tentang biru-biru ombak dan ragam problema yang (kau bilang) makin semerbak,
soal itu, apa
sangat perlu kita bahas, duduk-duduk di atas, dengan sebelah mata menerka,
apakah sesungguhnya, kita pantas?

Tentang tahun-tahun sebelumnya,
Tuhan merencanakan pertemuan di pemakaman ;
selalu menjadi tempat pembicaraan,
penglihatan antara suka-duka dan bimbang antara keduanya.

Pemakaman tidak lagi semenyedihkan itu, sebab
aku dan bahumu selalu dipertemukan di pemakaman - atau jalan menujunya - dan pulang setelahnya.

Soal pemakaman dan gelap-gulita setelah itu,
aku tidak tahu bab berapa Tuhan kemudian menuliskan pertemuan selain di tempat itu,
untuk kita cicipi anggur di meja -untuk kita makan- tentu tidak di pemakaman.

Tidakkah kini pemakaman adalah tempat romantis yang Tuhan jadikannya itu kemudian?
Tidakkah -barangkali aku dan bahumu menunggu-nunggu waktu untuk datang ke pemakaman,
dengan warna hitam seragam,
tapi kini sungguh menyenangkan,
barangkali jika Tuhan berkenan,
mana bolehkah sesekali kita memakai baju hitam untuk ke acara perayaan?

-firliana,




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline