Lihat ke Halaman Asli

Arief Firhanusa

TERVERIFIKASI

(Tak) Tergoda Punya Akun Ganda di Kompasiana

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Godaan cukup dahsyat pernah menyelinap dalam dada saya untuk membuat akun palsu. Kita-kita menyebutnya akun kloningan, atau sesekali ada yang bilang kompasianer palsu, alias abal-abal.

Apa sulitnya registrasi sekejap, kemudian mendapat persetujuan beberapa saat kemudian, atau sehari kemudian? Bahkan belum lulus SMA pun bisa. Tak usah dikasih foto, lha wong Kompasiana tidak mewajibkan calon member memasang tampang. Dikasih avatar rupa-rupa juga tak apa-apa. Bila perlu, biar tampak ada ujudnya, dipasanglah paras orang lain. Yang penting kotak foto terisi. Yang penting ada nama, meski nama abal-abal. Orang lain yang tak pernah membuka internet mana tahu fotonya dipasang di sana?

Selesai. Horeee saya punya akun di Kompasiana! Supaya tampak aktif, dikopilah artikel dari mana-mana, dimodifikasi tipis-tipis saja, lalu di-publish. Setiap hari satu tulisan cukuplah untuk membuktikan bahwa selang dua-tiga bulan kemudian kita tampak produktif. Kalau pun tidak menulis namun cuma memberi komentar pun tidak haram. Siapa bilang punya akun Kompasiana kita wajib menulis? Siapa bilang punya akun Kompasiana kita harus susah payah verifikasi? Kalaupun melakukan verifikasi agar tampak meyakinkan, bukankah fotokopi KTP milik orang lain bisa saja dilakukan?

Nah, inilah waktunya menggunakan akun itu untuk tujuan-tujuan tertentu. Apa lagi kalau bukan untuk mencurahkan caci maki dan sumpah serapah, mengomentari artikel sesama dengan kalimat-kalimat sampah, melontarkan pendapat secara sok tahu dan sok pintar, padahal tidak becus menulis. Jangan-jangan malah tidak becus membaca ...

Saya senyum-senyum membayangkan punya lebih dari dua akun. Hm, asyik juga bila kita memberi vote untuk artikel diri sendiri, atau mengomentari tulisan sendiri dengan puja puji. Enak juga ya membantai artikel orang lain dan sekaligus membunuh karakter si penulis tanpa penulis tahu siapa kita sesungguhnya. Gurih benar kita bisa mengolok-olok kawan sendiri, atau mencerca sahabat karib, tanpa tahu yang menghajar dengan komentar kasar itu rupanya tetangga sebelah rumah. Ah, betapa surganya punya akun ganda. Benar-benar hebat bisa mencemooh orang lain atas dasar iri sebab tulisan orang lain sering menjadi tranding maupun headline.

Tapi, hati kecil saya lekas membiski bahwa niat seperti ini tak ubahnya banci. Tak ubahnya maling di tikungan jalan, dukun santet, atau babi ngepet. Tak ubahnya bekicot yang suka menyembunyikan kepala dalam tempurungnya!

-Arief Firhanusa-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline