Lihat ke Halaman Asli

Arief Firhanusa

TERVERIFIKASI

Syahrini Tidak Kunjung Dewasa

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

SALAH satu pesohor Indonesia yang hatinya selalu gundah barangkali Syahrini. Kegalauan itu ditunjukkan penyanyi kelahiran 1 Agustus 1980 ini melalui banyak sensasi yang tak perlu. Sensasi yang kekanak-kanakan, melupakan harkat keartisannya bahwa ia kaya karena rakyat.

Tiga hari lalu Syahrini mengumumkan bahwa ia ngebut dengan Lamborghini seri Avetandor LP 700-4-nya di jalan tol, dengan kecepatan ratusan kilometer perjam. Dengan gerak bibir yang selalu monoton (centil, kemayu, mati-matian ingin tampak diplomatis seperti ratu) dan selalu berbunga-bunga di setiap kosa kalimatnya, ia begitu jumawa berkisah tentang aksi ngebutnya. Di waktu hampir bersamaan, Polda Metro Jaya melalui Kabid Humas Kombes Rikwanto menginformasikan bahwa pihaknya tak segan-segan menilang mobil seharga Rp 9,8 miliar itu lantaran menggunakan plat nomor palsu.

Plat B 1 SYR yang ditempel di Lamborghini oleh Syahrini itu terbukti bukan asli, alias sesungguhnya plat mobil Mercy 300 (menurut Rikwanto, mobil Mercy ini juga milik Syahrini), sehingga kesimpulannya, satu plat digunakan untuk dua mobil. Dan Syahrini super narsis dengan berfoto-foto bersama Lamborghini berpelat nomor cantik itu di Instagram-nya. Jika kepergok melintas di jalan raya, Polda Metro jaya siap untuk menilang!

Meski nanti Lamborghini itu berpelat nomor baru, atau tetap menggunakan B 1 SYR (sementara Mercy-nya berganti nomor), pihak kepolisian juga patut was-was. Masalahnya, Syahrini senang berganti-ganti warna seperti diungkapkan oleh bengkel modifikasi yang kerap mengubah warna tubuh mobil produksi Italia itu. Tadinya mobil itu berwarna oranye pada 12 Oktober 2013. Kemudian berubah menjadi ungu pada 12 Novermber 2013. Belum genap sebulan, pada 17 November 2013, mobil yang dijuluki "Banteng Tempur" itu berubah warna lagi menjadi emas. Olala!

Menurut aturan, bahkan motor butut pun warna harus sesuai STNK. Tanpa tebang pilih, bahkan bila Lamborghini itu misalnya seharga Rp 100 miliar dan pemiliknya "Ratu Syahrini", polisi tentu akan memerkarakannya. Kecuali Syahrini tiap bulan memutasi STNK-nya. Masalahnya, mobil itu tidak hanya dipajang di garasi, melainkan wara-wiri, termasuk saat Syahrini meresmikan rumah karaokenya di Mall Taman Anggrek, Jakarta Barat, 18 Desember silam.

Di televisi, atau di portal-portal, Syahrini sah-sah saja membeberkan ongkos kemewahannya tersebut ia dapatkan dari kerja siang malam. Sah-sah pula ia -- pada akhir November 2011 -- menyalami David Beckham dengan dandanan ala Victoria Beckham, istri David, dengan sejumlah aksesori yang meniru-niru tampilan Victoria dengan, misalnya, memakai kacamata bermerk Victoria Beckham, meski di Twitter ia dicibir dan dihujat banyak orang lantaran tak memakai kearifan Indonesia, umpama saja baju batik.

Tak ada yang keliru bila ia memproklamirkan jargon-jargon "cetar membahana", atau "bulumata antaibadai" seharga Rp 5 juta itu. Juga tak ada undang-undang yang melarang ia ngomong Inggris belepotan, terseret-seret, dan menjadi bahan tertawaan.

Yang mesti digarisbawahi adalah kesombongan yang terus ia pelihara. Syahrini mungkin ingin menjadi trendsetter. Mabuk pujian. Dan mungkin saja pernah bermimpi menjadi Tuan Putri di sebuah kerajaan yang seluruh dindingnya berlapiskan emas permata.

Padahal usia karirnya baru lima tahun, dan menurut saya ia belum layak disapa "diva".  Tenar karena 'dekat' dengan Anang Hermansyah dan kemudian menjadi trending gosip pada 2009, Syahrini keliru memaknai filosofi "kuda pacu". Ia pernah menyebutkan, kuda akan bergerak lambat bila jokinya santai. Sebaliknya, kuda akan bergerak kilat bila penunggangnya ngebut. Nah, kuda yang ditunggangi Syahrini memang akhirnya ngebut, namun ngebutnya menyamai kecepatan 350/km perjam sesuai kapasitas Lamborgini Avetandor itu sehingga menabrak pagar pembatas.

Siapapun orangnya berjuluk artis, tampaknya melupakan hakekat "kaya karena uang rakyat". Bila pejabat mencuri uang rakyat, maka artis tenar dan "cetar membahana" juga karena campur tangan rakyat. Ia laris karena masyarakat masih mengakui eksistensinya, kemudian produser rekaman, televisi, produsen bedak menghonorinya.

Coba saja masyarakat tidak menyukainya karena menganggap Syahrini penyanyi yang lebay, apa lahir celah-celah nafkah berlimpah? Jika ia kemudian tidak disukai, lalu banyak yang memboikot konsernya, atau malas membeli lagu-lagunya, apa bisa Syahrini membeli Lamborghini?

Pernahkah terpikir berapa juta warga negeri ini yang bela-belain menggadaikan cincin, atau utang teman, atau meminta-minta orangtuanya, atau siapa tahu malah mencuri ayam tetangga hanya untuk sekadar mendapatkan uang guna membeli tiket konser Syahrini? Coba TKW di Singapura mogok nonton konsernya di Marina Bay Sands, 12 Oktober lalu, apa Syahrini pulang membawa ratusan juta?

Menjadi Syahrini itu boleh-boleh saja. Mencari jatidiri tanpa perlu meniru pendahulunya itu juga tidak haram. Yang tidak perlu dan sangat merisaukan adalah ketika seseorang overdosis menebar sensasi dan hedonisme yang menyesatkan ketika jutaan warga di negeri ini masih miskin dan papa!

-Arief Firhanusa-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline