SETELAH lama tidak kencing di celana, Nunung kembali ngompol di OVJ kemarin malam. Saya tidak tahu judul episode tersebut sebab saat mengganti channel, pas Trans7, ada OVJ yang sudah setengah jalan. Dan persis pula ada adegan Nunung tertawa ngakak ... dan ngompol.
Bagi fans Nunung, atau mereka yang tergila-gila Opera van Java, Nunung ngompol bukan barang baru. Tiap ketakutan, menjerit-jerit oleh suatu sebab (misalnya takut pada buaya yang dibawa ke studio), atau ketika sedang tertawa terbahak-bahak, bisa dipastikan Tri Retno Prayudati, nama aslinya, mengucurkan urine.
Pipis di celana sebenarnya bisa terjadi pada siapa saja. Melalui laman resminya, University of Iowa Hospital and Clinic menjelaskan bahwa urine adalah materi pembawa kotoran dan racun-racun dalam tubuh yang awalnya ditimbun dalam ginjal. Urine, alias air kencing, kemudian disimpan di kandung kemih, lalu disalurkan melalui pipa yang disebut urethra.
Maka, buang air kecil merupakan ujung dari mekanisme di atas tadi. Pipis ada yang normal, ada yang tidak. Yang terjadi pada Nunung itu, rasa ingin kencing yang sangat sulit ditahan, tergolong tidak normal. Kencing di luar kendali macam Nunung, masih kata University of Iowa, disebut involuntary urination.
Penderita kencing di luar kendali dihinggapi gejala ngompol ketika bersin, tertawa, mengangkat barang berat, atau saat tidur. Juga kerap ngompol saat berjalan tergesa menuju toilet, urine terus menetes meski seseorang sudah merasa tuntas membuang air, atau mengelurkan air berlebih.
Sejauh itu, ngompol dianggap wajar. Ada penanganan medis yang bisa membantu problem ini, dan saya tidak memiliki kapasitas untuk menjelaskannya. Perkaranya adalah Nunung ngompol di atas panggung. Di layar televisi yang disaksikan jutaan pasang mata, dari anak-anak hingga lansia.
Apakah tidak boleh kencing di celana saat tampil di televisi? Mungkin saja boleh, asal diam-diam karena situasi tidak memungkinkan untuk meminta izin ke kamar mandi, misalnya karena siaran ditayangkan secara live. Yang tidak elok itu bila ngompol (terjadi pada manusia dewasa, Nunung berusia 50 pada 27 April tahun ini) didramatisasi bin dijadikan bahan jualan!
Bayangkan, tiap kali ngakak karena lelucon Sule, Nunung pun ngompol. Pemain lain yang hafal 'kelainan' Nunung itu bukannya menutup-nutupi tapi malah meloncat-loncat senang, berusaha membuat Nunung makin ngakak agar air seninya terkuras. Kemarin Andre malah mencari-cari kain pel. Begitu didapat, ia seolah-olah mengepel lantai, ketika pemain lain menunjuk-nunjuk genangan pipis Nunung seraya tertawa gembira, dan ketika para penonton juga ketawa sekeras-kerasnya sambil menuding panggung dimana ada air kencing Nunung yang pasti baunya pesing!
Bayangkan, air kencing jadi bahan lelucon. Air yang merepresentasikan kotoran. Asal tau saja, limbah dari tubuh kita bukan cuma tahi, melainkan juga urine. Dan limbah itu menjadi komoditi di OvJ. Sebagian kita tertawa-tawa, tapi sebagian masyarakat yang memegang teguh etika dan sopan santun tentu menganggap ini tabu.
Bayangkan bila anak-anak kita menganggap kencing di sembarang tempat itu biasa. Jangan-jangan anak-anak itu sepuluh tahun mendatang menganggap berak di sembarang tempat juga sah-sah saja. Mereka akan jadi permisive, termasuk menganggap kentut di depan orangtuanya juga diperbolehkan.
Terus terang saya tidak tahu, apa yang ada dalam benak Nunung saat air kencingnya menjadi bahan tertawaan. Sejauh ini ia tampak enjoy saja, seakan 'perkakas'-nya yang gemar bocor itu halal jadi dagelan. Seolah-olah pula Nunung sudah kehabisan joke, sehingga perlu dibantu kucuran air pipisnya itu.