Lihat ke Halaman Asli

Arief Firhanusa

TERVERIFIKASI

YKS di Semarang, Rumput Rp 2,4 Miliar Simpanglima Rusak Parah

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13990871391631596048

[caption id="attachment_322423" align="aligncenter" width="612" caption="Tontonan kelar, Simpanglima pun jadi sawah dan muncul gunungan sampah. (Sumber foto: Suara Merdeka)"][/caption]

HUT Kota Semarang tak pernah lekang dari kehadiran stasiun TV. Terakhir, nanti malam plus Minggu malam besok, ada Trans TV yang berniat menggelar acara Yuk Keep Smile (YKS). Sebuah tradisi yang merusak lapangan Simpanglima. Padahal rumput di lapangan itu pernah dipermak dengan biaya Rp 2,4 miliar pada 2011, memakai duit rakyat.

Pada 2011, tepatnya hari Rabu 13 April, Walikota Soemarmo (yang kini masih mendekam di penjara setelah tertangkap KPK dalam kasus korupsi) memerintahkan agar lapangan Simpanglima haram bagi pertunjukan musik, konser, kampanye pemilu, atau tontonan yang mengundang ribuan orang. Ribuan orang ini diperkirakan biang kerok rusaknya rumput di lapangan tersebut, selain oleh roda-roda truk yang memasuki lapangan untuk mengangkut perkakas panggung. Lapangan yang – oleh walikota sendiri dibatasi -- hanya boleh untuk acara-acara kenegaraan, misalnya upacara 17 Agustus.

Belum genap sebulan Soemarmo mengeluarkan titah, pada 3 Mei 2011 dia malah ikutan main di Opera van Java Trans7! Ya, sebuah inkonsistensi yang kemudian menjadi ‘tradisi perusakan Simpanglima’, sebab pada tahun-tahun setelah OvJ 2011 itu jantung Kota Semarang ini kembali menjadi tempat pertunjukan besar yang merusak asset penting milik Kota Semarang.

Pada 28 April 2012, rumput Simpanglima juga kembali diinjak-injak kaki puluhan ribu orang dan ditancapi besi-besi panggung oleh stasiun TV berbeda. Kali ini MNCTV, dengan pergelaran musik akbar “MNCTV Festival Semarang”. Rumput hijau dan segar yang bila dilihat dari lantai tertinggi Hotel Ciputra tampak ranum itu berubah menjadi sawah karena hujan mengguyur dan injakan kaki tak ubahnya satu paket yang memorakporandakan rumput serta elemennya senilai lebih dari 2 miliar rupiah!

Lebih gila lagi pada 2013. Dua stasiun TV melata di Semarang seakan kota ini segumpal gula dimana TV-TV adalah semutnya. MNCTV kembali hadir (April 2013), turut membuntuti di belakangnya Trans7 (Mei 2013) dengan acara berbeda-beda, tapi kaitannya sama: HUT Kota Semarang ke-466. Seperti tahun sebelumnya, MNCTV menggeber “MNCTV Festival Semarang”, Trans7 dengan OvJ.

MNCTV menampilkan Changcuter, D’Masiv, Lyla, Zigas, Vikcy Shu, Cakra Khan, Inul Daratista, Zaskia Gotik, Didi Kempot, Iis Dahlia, Budi Doremi, Endank Soekamti, dan masih banyak lagi. Bayangkan dahsyatnya. Belum sebulan –ketika Simpanglima sedang diperbaiki atas protes keras Komisi C DPRD Kota Semarang gara-gara Simpanglima rusak – datanglah Trans7 dengan Opera van Java!

Hari ini, serta besok, Simpanglima menjadi hutan panggung dan tenda warna putih, dengan mobil-mobil berat di sepanjang lingkaran lapangan tersebut, termasuk OB van Trans TV yang melumpuhkan lalulintas Simpanglima. Jika hujan, bisa dipastikan lapangan akan berubah menjadi sawah, ditambah sampah yang pada pagi hari besok terkumpul sekian ton. Belum lagi kerusakan untuk Minggu malam dan sampah sekian ton lagi pada Senin pagi lusa.

Terbetik berita, Pemkot Semarang menjamin kerusakan rumput Simpanglima dan pedestrian di sekeliling lapangan tersebut diatasi oleh pihak sponsor. Beberapa kali kerusakan telah diperbaiki, masing-masing dengan dana Rp 15 juta per perbaikan.

Namun, esensinya bukan itu. Substansinya adalah: telah terjadi inkonsistensi peraturan walikota hanya untuk mengejar beaya sewa Simpanglima yang berkisar Rp 200 juta sekali pakai. Berarti kalau dua malam YKS berada di sana beaya yang bisa memasuki kantong pemkot bisa mencapai Rp 400 juta. Selain itu, dengan ditayangkan di TV, gengsi Semarang menjadi naik.

Semuanya untung. Pemkot Semarang untung, pihak TV untung, sponsor juga untung. Nah, siapa yang rugi: lagi-lagi rakyat, sebab rakyat kehilangan area publik untuk rekreasi murah di pagi dan sore hari. Konser musik dan tontonan semu merampas hak warga untuk menghirup udara sehat!

-Arief Firhanusa-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline