Lihat ke Halaman Asli

Arief Firhanusa

TERVERIFIKASI

Sensasi Ahmad Dhani yang Tak Mujarab Lagi

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dulu, pada pekan kedua April 2005, Dewa dinilai melecehkan umat Islam lantaran menginjak-injak kaligrafi Lafdhul Jalalah (Allah) dalam sebuah pentas di Trans TV. Kaligrafi tersebut adalah lafad yang diagungkan. Simbol tersebut digunakan oleh Dewa untuk me-logo-i album "Laskar Cinta". Perkaranya adalah: Logo Laskar Cinta itu ditaruh di lantai, kemudian diinjak-injak oleh segenap kru Deewa dalam pentas tersebut.

Beberapa elemen Islam -- termasuk FPI -- berang atas aksi Ahmad Dhani cs saat itu. Maka munculah gugat menggugat. FPI meminta Dewa memohon maaf kepada umat Islam. Tak jelas apa ujung dari peristiwa tersebut, yang pasti terdapat pula yang membela Dewa. Dan Ahmad Dhani terbilang 'sukses' memainkan sensasinya sebab album Laskar Cinta memang butuh 'pencitraan'.

Pada Maret 2011, kantor Republik Cinta Management di Jalan Pinang Emas, Pondok Indah, Jakarta, diteror bom dalam bungkus buku yang dipaketkan. Entah bom ini merupakan teror beneran (dan bom beneran), atau memang sengaja dikirim untuk menciptakan sensasi, yang jelas nama Ahmad Dhani kembali masyhur.

Pada November tahun silam, dunia pertinjuan nasional dihebohkan oleh rencana pertandingan tinju antara El kontra Farhat Abbas. Dalam riuh pemberitaan mengenai jadwal adu jotos yang aneh, menggelikan, dan menciptakan sensasi luar biasa ini meluncur berbagai tanggapan dan komentar. Ada yang membela keluarga Dhani, ada pula yang berada di belakang Farhat Abbas. Polemik yang disudahi dengan dibatalkannya pertarungan tidak seimbang tersebut melahirkan simpati. Kepada siapa simpati tersebut tertuju? Itu tidak penting lagi. Yang jelas, Dhani memetik keuntungan meski tidak secara langsung, buntut dari perseteruan panjang dan dramatis mirip sinetron antara Farhat Abbas dan Ahmad Dhani sejak Farhat mengata-ngatai Dhani melalui twitter perihal ketersia-siaan Maia Estianty.

Dhani memang kontroversial, dan dia menikmati betul situasi dipergunjingkan orang. Dalam banyak komentarnya di meja X Factor Indonesia dan Indonesian Idol, terselip argumen-argumen dan petuah-petuah yang mencengangkan, positif maupun negatif. Ia terkesan asal ucap, tapi di balik asal ucapnya itu Dhani mengerti betul bagaimana menaikkan 'trending topic'.

Dulu ia juga getol memakai baju ala Bung Karno. Tak sebentar pula ia mengumumkan bahwa ia sangat dekat dengan mendiang Gus Dur. Ia memakai cara-cara sensasional agar namanya tetap mengorbit, dan sekali lagi ia tak jengah berada dalam sebuah situasi yang dikecam banyak orang. Termasuk ketika ia memakai baju Nazi di klip lagu pendukungan pada Prabowo-Hatta.

Apakah memakai baju Heinrich Himmler itu ia sengaja? Saya pastikan iya, dan itu inisiatifnya sendiri! Ia tahu sikapnya ini bakal menuai sorotan, karena sorotan itulah yang ia kehendaki sehingga videonya di Youtube akan mengundang hits yang besar lantaran masyarakat kepo.

Sayangnya, ia memilih lagu We Will Rock You milik Queen tanpa tedeng aling-aling. Lagu yang lahir dari band yang sangat ia kagumi, namun justru membuat Dhani blunder. Mengapa blunder, sebab bila saja ia menggubah sendiri "lagu wajib" untuk pemenangan Prabowo-Hatta, barangkali saja nilai yang didapatkan berbeda, meski ia memakai baju Raja Firuan sekalipun karena kemungkinan besar video klip tersebut dibidikkan untuk kalangan pemilih muda yang rata-rata antikemapanan yang tak peduli lagu yang digaungkan Dhani adalah ciptaan Queen atau Rhoma Irama.

Blunder tersebut menyiratkan kreativitas Dhani sudah mulai tumpul dan mampat. Walhasil, sensasi musisi satu ini kini tak mujarab lagi, sehingga bukan tidak mungkin suara untuk Prabowo-Hatta malah surut dibuatnya. Yang mengerikan bagi Dhani sendiri adalah bila pihak Prabowo tidak memercayai lagi pada kedahsyatan Ahmad Dhani ...

-Arief Firhanusa-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline