Lihat ke Halaman Asli

Arief Firhanusa

TERVERIFIKASI

Perang Mulut di Talkshow TV (Mestinya) Cuma Sandiwara

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14114437511302752659

Anda masih ingat kan peristiwa penyiraman air oleh jubir FPI Munarman ke wajah sosiolog UI Thamrin Amal Tamagola pada 28 Juni 2013? Ya, kisah gontok-gontokan di acara talkshow tvOne dalam program Apa Kabar Indonesia (Pagi) yang diudarakan secara langsung itu membangkitkan rasa was-was pemirsa TV akan adanya kemungkinan terjadi lagi di alam demokrasi yang masih panas ini.

[caption id="attachment_343916" align="alignnone" width="600" caption="Peristiwa penyiraman air di studio tvOne dalam acara bincang-bincang, Juni tahun silam. (Sumber foto: kompas.com), "][/caption]

Di satu sisi, kejadian memalukan (yang bisa saja ditonton anak-anak sekolah) itu membuktikan tvOne mampu menghadirkan dialog panas yang amboy secara entertainmen. Tetapi di sisi satunya secara edukasi program yang kala itu dipresenteri oleh duet Arief Fadhil-Winny Charita ini tidak mendidik, kendatipun dua presenter itu sanggup memancing dua narasumbernya untuk 'panas', namun gagal membendung segelas air yang ditumpahkan secara kasar dan tidak manusiawi oleh salah satu narasumbernya ke wajah orang lain.

Talkshow di TV itu mestinya bisa berlangsung hangat tanpa perlu panas, dan bisa adem lantaran digelar di sebuah ruangan ber-AC. Seberat apapun topik yang diangkat, peran produser, pengarah acara, serta terpenting presenter/moderator amat penting untuk menciptakan suasana nyaman tanpa kekisruhan, apalagi sampai terjadi adu fisik.

TV masa kini memiliki jeda-jeda tatkala waktunya iklan memasuki slot. Itulah momen penting bagi para narasumber untuk saling bercakap di luar konteks resmi dialog dalam tabung televisi. Pada masa jeda, presenter akan menunaikan tugasnya melunakkan kebekuan dengan ucapan-ucapan ringan: "Mari diminum dulu Pak kopinya? Suka teh, ya? Kita buatkan teh?" Atau, "Panas banget Pak di luar sana, mau hujan barangkali ... "

Ucapan-ucapan ringan itu melupakan sejenak penat pikiran para narasumber yang hadir ke studio dengan beban berat lantaran harus mengungkap kebijakan partai atau departemen yang dipimpinnya. Saya beberapa kali mengalami pencairan kebekuan tersebut hanya oleh sentuhan presenter yang enak di telinga.

Belum lama ini saya diundang oleh TVKU Semarang (grup Rajawali TV, dulu B-Channel) untuk membahas masalah tim PSIS. Di studio hadir pula Didik Saptiyono. Sebagai pengurus PSIS, Didik yang juga wartawan Harian Wawasan (Semarang) ini harus memiliki argumen yang kuat atas kritikan pedas saya yang berkapasitas sebagai pengamat sepakbola, mengenai prestasi PSIS yang kala itu merosot, padahal PSIS didanai oleh APBD. Di dalam siaran resmi yang diudarakan secara langsung, kami perang kata-kata, adu argumentasi, saling membuka tabir masing-masing lawan bicara, atas pertanyaan-pertanyaan presenter Hesty Imaniar yang amat menukik.

[caption id="attachment_343920" align="alignnone" width="600" caption="Presenter Hesty Imaniar (tengah) mencairkan ketegangan saya (kiri) dan Didik Saptiyono (kanan). (Foto: TVKU)"]

14114439951060987801

[/caption]

Namun, kala jeda acara, saat iklan masuk, Hesty pintar membuat kami tertawa, sepintar dia memancing kami untuk bicara apa adanya saat siaran tiba. Dia cuma bilang: "Mas Arief jadi tambah item kalau emosional kayak tadi. Yang rileks wae Mas," maka, kami pun ngakak dibuatnya. Nah, inilah pos penting untuk melunakkan kerut di kening. Pos tersebut -- kala spirit sandiwara muncul -- ada di jeda iklan tadi.

Saya kira trik seperti itu telah lama digunakan oleh TV-TV macam Metro TV maupun tvOne yang getol membuat program bincang-bincang, meskipun narasumber yang didatangkan berseberangan dengan partai pemilik TV bersangkutan ...

-Arief Firhanusa-




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline