Lihat ke Halaman Asli

Arief Firhanusa

TERVERIFIKASI

Saya Mohon Maaf pada 27 Kompasianer Ini

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seni berinteraksi mencakup bagaimana kita getol membalasi banyak komentar di artikel-artikel kita di Kompasiana. Namun, ada kalanya kita, termasuk saya, gagal memberi respon di noktah "komentar-balas".

Di tulisan saya yang terakhir, mengenai pernikahan Raffi Ahmad, ada kisaran 27 komentar yang terbengkelai, alias tak saya beri balasan. Tepatnya, saya tak mampu membalasnya, padahal komentar-komentar tersebut bergizi, meski sebagian (kecil) menggugat muatan artikel tersebut.

Ke-27 kompasianer yang memberi komentar itu adalah Weedy Koshino, Abah Pitung, Amin Enyong, Gatot Swandito, Rado Purba, Gie Milito, Boyke Abdillah, Den Bhaghoese, Rosmadewi, Axtea 99, Hendra., Masfadjri, Yosua Tan, Florensia Nugita, Grace Ngambut, Abd. Ghofar Al Amin, Godeliva Agra Arcigita, Ali Label, Umar Zidans, Febrialdi, Af Yanda, Christian Kelvianto, Enny Soepardjono, Fidiawati, Ayunani Sulaiman Putri, dan Dyah Rina.

Tentu saja saya jadi tampak sombong. Padahal saya tidak sombong. Bahkan sangat sepakat dengan motto Kompasiana: sharing and connecting. Asal tahu saja, membaca balasan komentar adalah kepuasan tersendiri, sebagaimana kita puas telah memberi komentar di artikel penulis lain. Bahkan saya pernah membaca kompasianer yang menggerutu sebab komentar-komentarnya tak mendapatkan respon. Malah ada juga yang ngotot memberi balasan atas komentar di artikelnya semata agar orang lain tidak kecewa, meskipun artikel yang dikomentari itu telah lewat lama penayangannya.

Semangat untuk curhat dan berinteraksi dengan warga Kompasiana itulah yang membuat saya menderita saat saya buka naskah saya yang terakhir itu begitu banyak kawan yang memberi komentar, dan begitu banyak yang kasih vote. Ada niat untuk membalasnya satu persatu, tetapi tentu kadaluwarsa lantaran tulisan tersebut sudah masuk gudang Kompasiana.

Nah, pertanyaannya, mengapa saya yang biasa membalas komentar dengan rasa gembira sampai terlewat tak memberi satupun respon? Ini dia. Siang setelah saya menulis artikel tersebut pada Sabtu 11 Oktober 2014, saya hilir mudik ke sebuah rumah sakit lantaran adik kandung saya melahirkan. Mengapa saya begitu repot, sebab si suami bekerja di Pontianak dan belum mendapatkan cuti dari kantornya karena sesuatu hal, dan belum juga memperoleh tiket pesawat ke Semarang hingga Sabtu siang.

Walhasil, saya menjadi 'ayah sementara' bagi keponakan saya tersebut, meski selama beberapa hari saya sampai tak sempat membuka internet dan memasuki Kompasiana. Syukurlah keponakan baru -- berjenis kelamin perempuan, dengan bobot dan panjang yang amat normal -- ini menceriakan saya di tiga hari terakhir, meski saya tentu juga merasa pahit sebab kehilangan momen untuk berinteraksi dengan kawan-kawan kompasianer.

Sekali lagi, mohon maaf yang sebesar-besarnya atas 'keteledoran' saya.

-Arief Firhanusa-




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline