Lihat ke Halaman Asli

Arief Firhanusa

TERVERIFIKASI

Dewi Perssik dan Syahrini Membohongi Pemirsa TV

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Andai dunia TV dan internet tak seramai ini, apakah Dewi Perssik dan Syahrini bisa setenar sekarang? Jelas tidak! Itu sebabnya mereka ketagihan disorot kamera atau mengunggah foto-foto serta komentar di twitter agar selalu tenar.

Dua tiga hari ini Julia Perez, Dewi Perssik, dan Syahrini seolah berebutan kaca televisi. Dewi soal perselisihannya dengan Jhonson Yaptonaga, Syahrini menaiki kuda namun hebohnya setengah mati bin lebay karena membawa awak media plus kisah-kisah patah tulang yang menjadi bumbunya, kemudian Julia Perez tentang operasi penyelamatan ovarium di Singapura.

Kecuali Jupe yang memang benar-benar sakit, Syahrini dan Dewi Perssik tampaknya sengaja membuat pemirsa tivi ketagihan dan penasaran dengan gosip gombal. Patut dipertanyakan, benarkah perseteruan Dewi dengan Jhonson memang benar-benar panas sampai-sampai diperlukan pihak ketiga untuk mendamaikannya? Benarkah Dewi merupakan sosok berbahaya sehingga Jhonson bela-belain menyewa pengacara Hotman Paris Hutapea?

Untuk mengingatkan saja, perseteruan Depe-Jhonson ini bermula dari kicauan Depe yang mengaku telah dinikahi Jhonson Yaptonaga, CEO Lamborghini Jakarta. Merasa tak pernah menikahi Dewi, Jhonson pun meradang. Dalam silangsengketa yang oleh pihak Jhonson telah dilaporkan ke polisi, belakangan dikabarkan Jhonson memaafkan Depe, dan berniat mencabut laporan. Tapi oleh Hotman Paris isu itu dibantah.

Program infotainmen di hampir seluruh tivi pun menjadikan berita ini primadona, di sela berita-berita lain yang cuma pupuk bawang, misalnya tentang kasus narkoba Tessy, rencana pernikahan Nuri Maulida, dan lain-lainnya. Di sela goyang pantat Dewi Perssik yang masih mengundang nafsu kala menjadi bintang tamu di sebuah acara stasiun tertentu tiga hari lalu. Kasus Dewi Perssik ini menggantikan kehebohan pernikahan Raffi Ahmad-Nagita Slavina, yang dalam pakem news value di kalangan mediaDepe patut tersenyum  lantaran seolah-olah dirinya sangat bernilai jual.

Tapi, yakinkah Anda bahwa kasus ini akan menyeret Dewi kembali ke bui? Saya berani bertaruh perkara ini akan menguap dengan sendirinya dengan ending saling bersalaman dan saling memaafkan, saat kebohongan telah menapaki titik jenuh. Akan halnya begitu panjang kasus ini mengambang, saya pastikan pula bahwa memang ada niat dari entah pihak siapa agar wajah-wajah tertentu lebih lama disorot kamera tivi, agar lebih panjang mereka menjadi bahan pemberitaan dan terus eksis.

Setali tiga uang adalah Syahrini. Penyanyi kemayu ini barangkali punya tim khusus yang menelorkan ide-ide baru supaya si Princess itu selalu menjadi trendsetter. Hari ini trendsetter-nya ucapan "sesuatu", besok "cetar membahana", besoknya lagi "bulu mata antibadai", lalu esok berikutnya "maju mundur kecebur sumur".

Dengan menunggang kuda, dengan menyetir Lamborghini, dengan berfoto congkak di Italia, Syahrini tidak memroduksi apa-apa untuk mengedukasi para penyanjungnya, para pengagumnya, kecuali malah menanamkan sikap-sikap tamak dan hedonis, sombong dan narsis. Maka, itulah ketidakjujuran Syahrini sebagai seniman.

Menciptakan ide-ide supaya artis tertentu terus eksis bukanlah perbuatan dosa. Dan gila publikasi pun tidak haram.  Yang membuat miris kalau akhirnya mereka menghalalkan segenap cara agar selalu jadi perhatian publik. Contohnya Dewi Perssik itu. Sudah berapa kali dia membuat heboh dengan berfoto (nyaris) bugil, berciuman dengan pasangan main seperti tak ada kru film di sekeliling sebab ciuman itu dilakukan dengan sangat nafsu. Lalu, yang terakhir ini, dia membuat berita baru dengan secara enteng menulis di Twitter bahwa dia sudah dinikahi Jhonson Yaptonaga. Dengan berkoar, Depe sadar benar bahwa sudah pasti kehebohan bakal terjadi. Makin heboh, makin publik penasaran, makin menaikkan pasaran!

Gila publikasi tampaknya menjadi penyakit. Kaca cermin di rumah tidak cukup untuk menampilkan narsis, maka dipakailah kaca televisi untuk menyuguhkan aktivitas semu mereka. Membohongi publik itu gampang dilakukan oleh mereka yang sudah telanjur tenar ...

-Arief Firhanusa-

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline