Drama merupakan suatu karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan dengan maksud dipertunjukan oleh aktor. Drama juga dapat dikatakan sebagai cerita yang diperagakan di panggung dan berdasarkan sebuah naskah.Pada prinsipnya, bahasa dan sastra merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam kebudayaan manusia. Sastra, suatu komunikasi seni yang hidup bersama bahasa. Mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar memuat unsur pembelajaran sastra salah satunya, pembelajaran drama. Materi sastra sangat penting untuk disampaikan di sekolah, karena dalam sastra terdapat nilai-nilai kehidupan yang tidak diberikan secara perskriptif "harus begini, jangan begitu". Melalui karya sastra juga peserta didik ditempatkan sebagai pusat dalam latar pendidikan bahasa, eksplorasi sastra, dan juga perkembangan pengalaman personal. Keakraban dengan karya sastra akan memperkaya perbendaharaan kata dan penguasaan ragam bahasa, yang mendukung kemampuan memaknai sesuatu secara kritis dan kemampuan memproduksi narasi.
Guru memperkenalkan pembelajaran drama sebagai suatu bentuk seni (yang berkaitan dengan kreativitas) berbahasa. Pembelajaran drama ditekankan pada bagaimana mengapresiasikan karya, bukan menghafal karya. Manfaat pembelajaran drama melalui proses pembelajaran yang diberikan di sekolah setidaknya dapat membantu pendidikan secara utuh bagi peserta didik, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Manfaat yang ditawarkan tersebut setidaknya dapat mengasah kemampuan apresiasi sastra secara menyeluruh.
Berkaitan dengan pembentukan watak, pembelajaran drama di sekolah dasar memiliki dua tuntutan, yaitu meliputi; 1) pengajaran sastra drama hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Karena sastra pengantar untuk mengenal kemungkinan hidup manusia dalam arti berbagai macam bentuk perasaan manusia, 2) pengajaran sastra drama dapat memberikan bantuan di dalam usaha dalam rangka untuk mengembangkan berbagai kualitas kepribadian peserta didik yang meliputi ketekunan, kepandaian, pengimajinasian dan penciptaan. Tujuan itu dijabarkan ke dalam kompetensi berupa mendengarkan, berbicara, membaca, dan juga menulis. Dengan demikian melalui pembelajaran drama guru dapat mengembangkan siswa dalam hal keseimbangan antara spiritual, emosional, etika, estetika, logika dan kinestika, pengembangan kecakapan hidup, belajar sepanjang hayat, serta pendidikan kemenyeluruhan dan kemitraan. Selain itu, tujuan pembelajaran drama di SD juga untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berbahasa dan mengapresiasi yang meliputi: pencarian kesenangan pada buku, menginterpretasi bacaan sastra, mengembangkan kesadaran bersastra, kemudian mengembangkan kesadaran bersastra, dan mengembangkan apresiasi.
Jika ditinjau dari segi fungsi pragmatiknya, pembelajaran drama berfungsi sebagai pendidikan dan hiburan. Fungsi pembelajaran drama pada peserta didik memberi banyak informasi tentang sesuatu hal, memberi banyak pengetahuan, memberi kreativitas atau keterampilan peserta didik, dan juga memberi pendidikan moral pada peserta didik. Selain fungsi pendidikan dan hiburan, pembelajaran drama pada peserta didik juga dapat membentuk kepribadian dan menuntun kecerdasan emosi peserta didik. Perkembangan emosi peserta didik akan dibentuk melalui karya sastra yang di bacanya.
Pembelajaran drama di sekolah dasar memiliki nilai- nilai yang dapat peserta didik ambil yaitu: 1) memahami dunia, melalui pembelajaran drama peserta didik dapat mempelajari dan memaknai dunia mereka sesuai dengan pemikiran mereka. Dengan catatan karya sastra drama yang benar-benar diperuntukan bagi anak-anak seusia mereka. Contoh karya sastra drama yang benar-benar diperuntukan bagi anak-anak adalah karya sastra yang bertemakan "persahabatan", 2) membentuk sikap positif, pembelajaran drama dapat membantu membentuk dan menanamkan sikap-sikap positif diri peserta didik, seperti berikut:
- Kesadaran akan harga diri (self-esteem)
- Dari cerita tokoh dalam karya sastra drama, peserta didik dapat mengambil pengetahuan bagaimana sikap tokoh- tokoh idola mereka, dan pada masa ini peserta didik selalu ingin menjadi seperti tokoh itu, dan dari sini lah peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal pribadi yang ia idolakan.
- Toleransi terhadap orang lain
- Melalui pembelajaran drama, peserta didik dapat melihat tentang bagaimana tokoh-tokoh dalam cerita (sastra) berinteraksi, dan dengan bimbingan guru peserta didik dapat mengetahui dan memahami tentang bagaimana cara menyesuaikan diri dengan yang lain.
- Keingintahuan tentang hidup
- Menyadari hubungan makhluk hidup yang dilibatkan dalamn pembelajaran drama
Selain itu terdapat lima manfaat bagi kehidupan ketika mengapresiasi karya sastra drama, yaitu manfaat:
- Estetis: Ilmu tentang keindahan atau cabang filsafat yang membahas tentang keindahan yang melekat dalam pembelajaran drama. Kata estetis artinya indah, tentang keindahan atau mempunyai nilai keindahan. Manfaat estetis dalam apresiasi sastra drama adalah manfaat tentang keindahan yang melekat pada sastra drama.
- Pendidikan: Mendidik artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran) mengenai akhlak, budi pekerti, dan kecerdasan pikir. Manfaat pendidikan pada apresiasi sastra drama adalah memberi berbagai informasi tentang proses pengubahan sikap dan tata laku sesseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan latihan.
- Kepekaan batin atau sosial: Peka artinya mudah terasa, juga mudah tersentuh, mudah bergerak, tidak lalai, dan tajam menerima atau meneruskan pengaruh dari luar. Manfaat kepekaan batin atau sosial dalam mengapresiasikan sastra drama adalah upaya untuk selalu mengasah batin agar mudah tersentuh oleh hal-hal yang bersifat batiniah ataupun sosial.
- Menambah wawasan: Wawasan artinya hasil mewawas, tinjauan atau pandangan. Manfaat menambah wawasan dalam mengapresiasi sastra drama artinya memberi tambahan informasi, pengetahuan, pengalaman hidup, dan pandangan-pandangan tentang kehidupan.
- Pengembangan kejiwaan atau kepribadian: Manfaat pengembangan kejiwaan atau kepribadian dari apresiasi sastra drama adalah mampu menghaluskan budi pekerti seseorang apresiator. Dari banyak membaca karya sastra tentu banyak pula hal- hal tentang ajaran budi pekerti yang diperolehnya.
Selain itu, ada beberapa nilai-nilai yang didapat dari pembelajaran drama. Nilai intrinsik meliputi: 1) memberi kesenangan, kegembiraan dan kenikmatan, 2) memupuk mengembangkan imajinasi; 3) memberikan pengalaman-pengalaman baru, 4) memberikan wawasan menjadi perilaku insani, 5) memperkenalkan kesemestaan pengalaman, 6) menyampaikan penyebaran sastra dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sedangkan nilai secara ekstrinsik meliputi: 1) memupuk perkembangan bahasa, 2) merangsang perkembangan kognitif atau penalaran anak-anak, 3) memupuk perkembangan kepribadian, 4) memupuk perkembangan sosial (sosialisasi).
Pembelajaran drama dalam wujud apresiasinya turut andil dalam membentuk karakter anak dalam berbahasa, berkepribadian dan berinteraksi sosial serta meningkatan dan mengembangkan cakrawala pengetahuan peserta didik yang sejalan dengan tujuan dari literasi sosial budaya. Intinya pembelajaran drama bagi peserta didik memberikan kontribusi dalam berbagai aspek kedirian yang secara garis besar dikelompokkan ke dalam nilai personal dan nilai pendidikan.
Pentingnya Pembelajaran drama bagi peserta didik SD memang sangat melimpah, di antaranya sebagai pentujuk kebenaran hidup, memperkaya rohani, melampaui batas bangsa dan zaman, memiliki bahasa yang santun, dan menjadikan manusia berbudaya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat pembelajaran drama banyak sekali sesuai dengan kategori karya sastra yang diterapkan guru di dalam kelas. Dalam konteks ini, sastra tidak lagi menjadi materi dan sebagai sebuah tujuan pembelajaran saja, melainkan sudah menjadi media literasi itu sendiri, yaitu literasi sosial budaya yang merupakan sebuah kemampuan untuk mengintegrasikan hingga mengaplikasikan segala pengetahuan, keterampilan, termasuk sikap serta nilai-nilai yang diyakininya dalam kehidupan sosial dan menjadi ciri khas tersendiri.
Media literasi sosial budaya memang sangat luas sekali jika dibandingkan dengan media literasi yang lain. Hal itu bukan berarti menganggap media literasi yang lain sempit, akan tetapi media literasi sosial budaya memiliki konsep dan makna yang luas. Baik itu dari konteks ilmu sastra drama bisa menanamkan karakter yang berbudaya pada peserta didik sesuai acuan pada Pepres nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Maka prinsip media literasi sosial budaya harus berorientasi pada karya, contohnya pembelajaran drama. Pasalnya, sastra bagi peserta didik jenjang SD tidak bisa jika sekadar materi-materi kognitif saja, melainkan harus fokus pada karya sastra yang dipraktikkan langsung oleh peserta didik.