Nah, kali ini kita akan membahas yang selanjutnya. Apa itu? Kelanjutan dari artikel saya sebelumnya. Bagaimana sih yang seharusnya pengungkapan emosi itu?
Sebelumnya, perlu kita ketahui bersama bahwa jika emosi berjalan seiring dengan kognitif akan menghasilkan dua sikap. Yaitu empati dan simpati, perlu digaris bawahi bahwa keduanya memiliki perbedaan yang mendasar.
- Empati
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Nah, jadi yang dimaksud empati adalah ikut merasakan emosi orang lain tetapi tetap kognitif dan emosinya berjalan pada jalanya sendiri. Maksudnya. Misalkan nih ada seorang teman yang curhat. “eh tau nggak sih.. aku tadi bla... bla... blaaa..” nah, jika respon yang diberikan adalah empati maka seperti “ oh ya, wah keren.. bagus itu boleh” atau” waaah, kok bisa gitu lebih baik begini..” dan bla bla bla. Nah, sederhananya saja deh. Perlu diketahui, jika empati hanya sebatas merasakan dan memberi respon yang sewajarnya dan tidak ikut mengapi-api.
- Simpati
Sedangkan simpati dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah rasa kasih; keikutsertaaan merasakan perasaan (senang, susah, dan sebagainya). Jadi jika seseorang bersimpati artinya ikut merasakan dan larut dalam emosi orang lain. Antara emosi dan kognitif sudah bercampur, maka orang yang merespon dengan simpati cenderung lebih ikut campur. Berbeda dengan yang sebelumnya yaitu empati. Contoh jika ada orang yang memberikan simpatinya, saat ada temanya yang curhat misal “aku tadi melihat bla.. bla.. bla...” nah jika seorang merespon dengan simpatinya maka, seperti “ iya, kemaren itu... bla.. bla.. bla..” nah jadi seolah-olah orang yang bersimpati itu juga ikut merasakan emosi orang lain dan juga semakin berapi- api.
Nah, bagaimana sudah tau kan apa perbedaan yang mendasar antara simpati dan empati. Maka, alangkah baiknya antara simpati dan empati digunakan pada kondisi yang semestinya. Yang seharusnya bagaimana respon yang baik dan bagaimana respon yang seharusnya. Kapan kita bersimpati dan kapan kita berempati harus disesuaikan dengan situasi dan juga kondisi.
Emosi berhubungan dengan beberapa hal yaitu antara fisiologis, perilaku, dan pengalaman seseorang. Nah, lambat laun emosi seseorang akan berubah atas beberapa hal yang berhubungan tadi. Dari segi fisiologis misalnya, jika seseorang yang semakin tua akan mengalami yang namanya penyusutan. Begitu pula, jika seseorang mengalami kecelakaan yang melukai fisiknya. Ini juga bisa merubah emosi seseorang.
Kemudian, yang kedua adalah perilaku. Dari perilaku ini, ada banyak faktor yang menyertainya dari lingkungan, kebiasaan, budaya, dan lain-lain. Jika seseorang memiliki emosi yang tidak stabil misalkan suka memikirkan sesuatu terlalu dalam dan suka marah. Maka perilakunya keras kepala, atau jika seseorang tidak bisa menyampaikan emosi dia pendiam.
Yang ketiga adalah pengalaman, jika seseorang memilki trauma terhadap sesuatu misalkan. Yang asalnya ceria menjadi sendu, nah ini adalah dari faktor pengalaman hidupnya. Ketiga hal tersebut akan saling memiliki keterkaitan dalam emosi.
Mau tau lebih lanjut, jangan kemana-mana. Tetap disini tunggu artikel selanjutnya : D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H