Tiap insan telah diciptkan untuk berpasang-pasangan. Mereka disatukan untuk melengkapi antara keduanya. Dari proses pernikahan, mereka akan diberikan sebuah amanah yaitu anak. Saat anak yang dilahirkan, pada dasarnya mereka dilahirkan dalam keadaan fitrah yang menjadikanya yahudi maupun Kristen adalah orangtuanya. Lantas, bagaimana dengan nasib anak-anak yang terbuang atau tersisihkan. Dari sini, kita perlu menelisik ulang, sejauh mana rasa bersyukur kita atas diberikanya kedua orangtua yang menyayangi kita.
Selayaknya orangtua, memiliki kewajiban dalam mengurus, mengasuh, maupun mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya. Jika anak memiliki kebutuhan yang sangat khusus, maka baikya sebagai orangtua memberikan yang terbaik untuk anak. Ada banyak sekali tips dan trik dalam pengasuhan anak. Nah, sebelumnya kita perlu tahu siapa saja yang sangat berperan dalm pengasuhan. Ada orangtua di point pertama.
Sebenarnya pengertian dari orangtua ini siapa? Orangtua adalah komponen yang terdiri dari ayah dan ibu. Dari ayah dan ibu ini, sebelumnya mereka melewati proses pernikahan. Dari pernikahan inilah yang menjadikan sebab adanya proses atau pola pengasuhan anak. Bisa mengambil anak asuh atau melewati proses kehamilan atau memiliki anak kandungnya sendiri. Orangtua memiliki peran mengasuh, melindungi, membimbing dari bayi hingga pada tahap dewasa. Orangtua melakukan investasi dan komitmen abadi pada seluruh periode perkembangan yang panjang dalam kehidupan anak untuk memberikan tanggung jawab dan perhatian.
Pada proses pembentukan keluarga, berawal dari pernikahan ayah dan bunda. Dalam proses pernikahan, antara pria dan wanita saling memberikan komitmen dan juga menyamakan tujuan serta melengkapi antara keduanya. Sebelum masuk pada proses berkeluarga, perlu diketahui yang dinamakan keluarga adalah ayah, ibu, serta anak. Proses pembentukan keluarga tentang pengasuhan anak dimulai saat pria dan wanita menikah.
Setelah wanita dan pria menikah, akan menghasilkan keturunan. Nah, diditulah mereka saling bekerja sama dalam pengasuhan anak-anak mereka. Sebelumnya, terjadi proses kehamilan. Kehamilan adalah periode dimana sang ibu mengalami perubahn fisik maupun psikis. Beberapa perubahan fisik pada ibu hamil adalah :
- Perut semakin membesar
- Rasa nyeri pada perut
- Perubahan pada payudara
- Sesak nafas
- Perubahan pada peredaran darah
- Sembelit
- Perubahan rambut
- Sakit kepala
- Mimisan dan gusi berdarah
- Perubahan pada kulit
- Masalah pada buang air seni
(bidanku.com)
Selain perubahan pada fisiknya, ibu hamil juga mengalami perubahan pada psikisnya. Seperti, emosinya yang sangat kompleks. Maka dari itu, biasanya ibu hamil memiliki kebaisaan yang aneh saat hamil. Ini biasa disebut dengan ngidam. Nah, apakah memang ngidam ini ada atau tidak? Ini bisa disebabkan karena psikis dan fisik yang berubah maka saat ibu hamil, akan berubah emosinya. Perlu untuk melakukan konseling bagi ibu hamil yang akan mengarahkan para ibu yang hamil.
Masa ini akan diakhiri saat anak dilahirkan. Dan saat anak dilahirkan, sang ibu akan melakukan penyesuaian diri terhadap bayinya. Saat bayi baru lahir, diperlukan hubungan positif antara suami dan istri yang mana akan menjadikan efektifnya komunikasi atau interaksi dengan si bayi. Kemudian, yang diperlukan juga saling memberikan pengertian. Yang mana perubahan situasi yang ada karena lahirnya bayi.
Pada masa ini, kebutuhan intensif bayi sangat diperlukan. Sang ibu bayi perlu membangun kekuatan batin dengan bayinya. Dengan sering mengajak bicara bayinya walau belum bisa berbicara. Pada dasarnya, anak bayi yang baru lahir masih belum bisa mengoptimalkan semua alat indranya. Namun, jika bayi misalkan terbiasa di dengarkan atau dilihatkan sesuatu yang baik-baik maka, dia akan memberikan respon yang baik.
Saat bayi agak besar, maka yang berkembang adalah kekuatan memorinya. Jika anak dibesarkan di lingkungan yang baik, maka dia akan mengingat semua kegiatan yang pernah ia lihat maupun ia dengar, selalu ingat bahwa anak adalah sang imitator handal. Yang mana ia akan menirukan segala informasi yang ia dapatkan.
Ada sebuah pepatah mengatakan, bahwa buah jatuh tak jauh dari pohonya, maksud dari ucapan tersebut adalah anak tidak dapat dipungkiri bahwa ia akan menirukan perilaku orangtua yang mengasuhnya. Maka dari itu, kita selaku orangtua ataupun calon orangtua harus memiliki akhlak yang bagus dan sebisa mungkin memberikan pola pengasuhan yang tepat bagi anak.