Lihat ke Halaman Asli

Sudahkah Kita Memberi?

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita tahu siapa diri kita, darimana asalnya, untuk apa hidup di dunia, rasanya jika tiap diri ini sadar akan semua hal itu tak akan banyak kita temui keluh kesah dalam menjalani kehidupan ini. Kehidupan ini sendiri adalah pemberian dari Sang Maha Pemberi. Saat kita dilahirkan ke dunia ini kita pun mendapat pemberian kasih sayang dari orang tua. Bayangkan jika kita lahir tanpa ada orang yang memberi kasih sayang itu, niscaya kita takkan ada sampai saat ini. Semua hal yang kita manfaatkan dalam hidup ini adalah pemberian. Apa yang diberikan itu tanpa pamrih dan tanpa mengharap balasan. Saat ini kita telah dewasa, atau lebih dari kata dewasa itu sendiri. Sudah saatnya untuk tidak hanya menerima, tapi memberi. Memberi apa yang kita punya dan kita sanggup untuk memberikannya, tidak perlu muluk-muluk, hal-hal yang sederhana saja. Memberikan kasih sayang dan perhatian ke orang tua kita. Memberikan salam saat pergi ataupun pulang, atau bahkan memberikan ciuman di tangan beliau.

Adanya kehidupan kita saat ini tidaklah secara tiba-tiba, dan tidaklah dengan sendirinya tanpa ada tanpa campur tangan orang lain. Orang-orang disekeliling kita sangat berperan akan keberadaan kita. Tapi mengapa banyak yang tidak menyadarinya? Oleh karenanya, saatnya untuk memberi. Banyak hal yang ingin kita capai, seperti pekerjaan, cita-cita, atau bahkan jodoh kita dan lain sebagainya, sebelum kita mendapatkan tentunya harus ada perjuangan, yakni tenaga, pikiran dan waktu. Memberi merupakan tolak ukur kesadaran dan keikhlasan. Jika memberi dengan diiringi keinginan untuk suatu balasan, dan penerima pun mengabulkannya, maka itu bukanlah pemberian yang ikhlas dan bukan lagi berdasarkan pada hati nurani.

Setiap pemberian pasti ada balasannya, dan tentunya akan dilipat gandakan. Balasan itu tidak hanya berupa nominal angka mata uang, tidak juga barang, namun juga bisa berupa hadirnya kesempatan, terjaganya kesehatan, bertambahnya ilmu pengetahuan dan masih banyak lagi manfaat yang didapatkan. Belum lagi bertambahnya pahala.

Jika tiap orang sadar dan paham arti memberi, mungkin tidak akan kita temukan istilah pelit, sengsara atau miskin. Jika tiap orang yang sadar hidupnya adalah pemberian, pastinya akan memberikan lagi apa yang kita punyai kepada orang lain baik itu moril atau materil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline