Annisa melamun dengan membayangkan kejadian kemarin, bahkan tubuhnya tidak berhenti bergetar karena bayangannya masih terlintas di benak dirinya. Dan yang paling membuat terkejut adalah dia yang melakukan itu.
"Sudah jangan di pikirkan, bahkan di situasi seperti ini kita tidak bisa berbaik hati kepada orang" Abang Annisa yang duduk di sebelah perempuan itu berusaha menenangkan.
Hari ini mereka berada di sebuah minimarket mengambil beberapa makanan untuk persediaan mereka di perjalanan, sebenarnya sang Abang juga cukup ragu untuk keluar dari rumah mereka, tetapi mereka juga tidak bisa hanya diam dan duduk di tempat tersebut bisa saja ada orang yang masih hidup di luar sana selain orang - orang jahat seperti dua orang yang mereka temui kemarin.
"Tapi bang".
"Jangan tapi - tapi , situasi ini sudah terlalu kacau untuk di pikirkan Annisa".
23 MEI 2045, 10:00AM
KOTA A (KANTOR POLISI)
Annisa yang bersembunyi di sudut ruangan dan sudah memasang peredam pistol, mengarahkan senjata tersebut tepat kearah kaki orang yang sedang berjalan di depan sana. Annisa dengan perlahan menarik pelatuknya dan.
Dor, dor, dor.....
Tiga kali tembakan meleset orang tersebut melihat kearah Annisa berjalan dengan cepat, kemudian mendorong beberapa kardus yang menutupi perempuan itu.
"Kurang ajar" kata pria yang sudah menarik Annisa keluar, ia mengangkat tangannya untuk bersiap menampar Annisa, tetapi sebuah tembakan mendarat pas di lengan pria tersebut.