Lihat ke Halaman Asli

Keadaban Politik dan Paranoid Kekuasaan Menjadi Pemicu Utama

Diperbarui: 22 Mei 2023   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menyangkut dengan Keadaban politik seiring dengan berjalannya waktu, membuat Indonesia berdampak terutama dalam menjelang kompetisi pemilu datang. Tak heran Jusuf Kalla pernah berkelakar, politisi kita kalau menjelang pemilu, yang pertama didatangi adalah kiai di pondok-pondok pesantren. Tujuan utamanya satu, mengirim sinyal komunikasi politik kepada pemilih umat. Secara ideal, mendatangi ke kiai merupakan adab politik ke-Indonesiaan. Karena politisi tidak memahami nilai-nilai atau ajaran ke-Islaman secara kafah, meminta doa atau dukungan dari kiai menjadi ukuran kepantasan dalam perjuangan politik. 

Terlepas dari niatan pragmatis, fenomena lazim di atas menggambarkan betapa spirit ke-Tuhanan menjadi tolok ukur kokohnya fondasi politik. Kepentingan elektoral telah secara simultan berkelindan dengan spirit spritualitas. Keduanya tak bisa dipisahkan, baik buruknya tergantung hubungan tarik menarik antarkeduanya.

Kecemasan memang akan lebih besar menghinggapi para pemegang kuasa. Karena merebut tak sesulit mempertahankan. Tidak heran, praktik pengerahan kekuatan dalam skala besar sering dijumpai dari penguasa yang paranoid. Maka, penting bagi setiap orang politik untuk mempunyai kekuatan spritual sebagai tameng ketika tergelincir dalam kekuasaan. Spirit spritual ini merupakan keadaban politik yang luhur dimiliki bangsa ini.

Ongkos politik yang teramat mahal hanya memungkinkan para politisi dari kalangan pengusaha yang dapat bertarung. Jika tak beruntung, maka perlu menemukan seseorang yang royal dan mau membiayai segala aktifitas politik. Maka penting bagi semua orang politik untuk mengedepankan keadaban politik untuk menghindari berbagai akses buruk. Agama harus diletakan sebagai spirit spritual yang menuntun arah gerak politik. Jika segala bentuk atribut dan ritual agama sekedar mainan, maka segala tindakan politik akan mudah tergelincir dalam dusta, dan kesempatan berkuasa hanya dimanfaatkan untuk melayani.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline