Lihat ke Halaman Asli

Apa Bisa Boikot Produk Yahudi? Ciyus?

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah kenapa, kadang-kadang muncul keputusasaan dalam benak ini ketika harus berhadapan dengan musuh kemanusiaan bernama Zionisme. Sebuah pertarungan abadi yang jauh dari jangkauan, beribu-ribu kilometer, ditambah dengan keterbatasan upaya yang bisa ku lakukan. Namun, setiap ku menyerah dengan keadaan tersebut, hati kecil ku pun berontak untuk mengatakan pasti ada yang bisa kulakukan untuk melawan mereka. Walaupun kecil, tapi yang selalu kupastikan sejak dulu adalah, AKU HARUS MELAWAN MEREKA.

Bagi kawan-kawan yang terlanjur pesimis dan bahkan berpandangan sinis, mungkin akan segera lantang berkata dan mencemooh,” Udah sana ke Jalur Gaza ikut berperang melawan Israel; Ah, paling-paling cuma ngasih doa, ikut demonstrasi ama ngasih sumbangan. Israel mana bisa dilawan bro..ha..ha..; Percuma teriak2 di depan Kedubes atau aksi jalanan sejuta umat, ga bakal ngaruh…mending ngurus urusan dalam negeri aja, masih banyak kemiskinan tuh”. Tapi itu mungkin menurut mereka, namun bagi saya jauh ataupun dekatjika sama-sama penindasan, semuanya tetap harus dilawan, semampu yang engkau bisa kawan. Bagi mereka yang di Palestina pun, dukungan apapun yang diberikan baik dana, doa, demonstrasi, atau bahkan terjun langsung kesana seperti yang dilakukan kawan2 KNRP, Mer-C, dll, sangat berarti bagi mereka bagaikan titik-titik air di tengah medan gersang perjuangan yang sedang mereka lakukan. Setidaknya mereka tidak merasakan sendirian di atas bumi Allah ini.

Bukankan Islam mengajarkan untuk senantiasa menjaga ukhuwah dan rasa persaudaraan diantara muslim bahkan non muslim sekalipun. Jika sesama muslim, Rasulullah bersabda jika diantara muslim itu ibarat satu tubuh, jika satu bagian disakiti, maka bagian lain juga ikut merasakan sakitnya. Non muslim pun mendapatkan perlakuan yang sangat istimewa di dalam Islam. Dalam dalam satu hadist Rasulullah SAW mengatakan ,”Jika kaum dzinni ‘non muslim yang hidup di pemerintahan Islam’ diganggu/disakiti, maka berarti telah menggangguku/menyakitiku”. Demikian ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah insaniyah diajarkan Rasulullah SAW (Tolong dikoreksi jika ada kesalahan,maklum masih perlu banyak belajar agama)

Dari bangsa Palestina banyak hikmah yang bisa dipetik selama ini. Salah seorang kawan pernah berkata,” Musuh-musuh ummat mestinya belajar untuk mengerti bahwa bayi yang dilahirkan ditengah badai tak akan gentar menghadapi deru angin. Yang biasa menggenggam api jangan diancam dengan percikan air. Mereka ummat yang biasa menantang dinginnya air di akhir malam, lapar dan haus di terik siang". Palestina mengajarkan banyak hal tentang keistiqomahan, tentang kesabaran, tentang perjuangan, tentang harapan yang tak pernah padam yang selalu mereka jaga dan tumbuhkan dari waktu ke waktu

Jujur kuakui, postingan-postingan kekejaman Laknatullah Israel seringkali membuat air mataku terurai. Untuk apa harus malu mengakui jika hati ini memang sangat terasa rapuh ketika menyaksikan rentetan penderitaan2 tak pernah henti. Visualisasi gambar memang sangat mudah mempengaruhi dan membuat kita tersadar akan kekejaman yang dilakukan Zionis kepada mereka. Membayangkan bagaimana kehidupan masa kecil mereka yang terenggut dengan cepat berhiaskan tetesan ribuan kiloliter darah dari kurun waktu yang smakin panjang. Andaikan mereka yang ‘berhiaskan’ darah itu adalah anak-anak kita, mungkin kita baru tersadar dan baru yakin, jika Zionis itu betul2 kumpulan manusia yang sangat tidak beradab.

Di Palestina sana, aku juga meyakini bagaimana pada setiap malamnya, dalam sujud-sujud panjang mereka, istri-istri yang ditinggalkan oleh suaminya karena syahid atau ditahan di penjara Zionis kan selalu terus mengadu kepada Rabbnya di balik dinding-dinding rumah yang tak lagi berdiri dengan kokoh. Anak-anak yang terus menangis karena luka-luka yang mereka derita dan kehilangan orang tua, atau orang tua yang harus rela berpisah dengan anak-anaknya…Maaf, ini bukan pendramatisiran kawan, tapi itulah kenyataan yg mereka hadapi dari waktu ke waktu, tanpa kenal lelah

Apa yang harus kuperbuat ya Allah sebagai amalan nyata dan bukan sekedar doa??? Alhamdulillah, semenjak beberapa tahun lalu, kami sekeluarga berusaha berbuat untuk mereka. Perbuatan yang mungkin bagi sebagian orang tidaklah berarti apa-apa, atau bahkan bisa jadi bahan cemoohan tiada henti. Tapi bagi kami sekeluarga, inilah ladang perjuangan kami, dan kami kan terus bertahan di ladang ini. Dan setiap kali melakukannya, kami selalu membayangkan senyum-senyum kebahagiaan dari saudara kami di Palestina. Senyuman kebahagiaan dan simbol terima kasih karna telah membantu perjuangan mereka, walau terasa sangat kecil. Sungguh ‘tak layak’ juga rasanya jika tak ada perasaan bersalah sedikitpun ketika menikmati produk-produk mereka, sedangkan hasil dari produk2 tersebut disumbangkan untuk misi biadab mereka, membantai rakyat Palestina.

Boikot Produk-Produk mereka!!! Pertanyaan sinis lain dari beberapa kawan2,”Apa mungkin bisa memboikot?Bukannya hampir semua produk di sekeliling kita merupakan milik Zionis? FB, Google, dan produk2 lain jelas kamu gunakan setiap saatnya”. Peduli amat dgn kata-kata sinis mereka, toh mereka tak pernah tau bagaimana bahagianya hati ini ketika mampu menahan diri untuk tidak memakai produk-produk mereka. Saya meyakinkan hati ini dengan salah satu kaidah fiqih, “kalau sesuatu tidak bisa dicapai keseluruhan jangan ditinggalkan semua”. Dengan kata lain, kalaupun toh saya dan keluarga tidak bisa menghindari semua produk2 Yahudi, paling tidak saya bisa menghindari sebagian daripadanya

Inilah kebahagiaan bagi saya, istri, dan anak-anak yang mulai beranjak remaja. Di dinding kamar dan dinding rumah, sampai saat ini masih ada ‘hiasan nurani’ yang bertuliskan kalimat-kalimat perlawanan kami kepada zionis. Alhamdulillah, anak-anak pun bisa mengerti. Misalkan ketika setiapkali melewati makanan ‘beraromakan zionis/yahudi’, anak-anak kami selalu berkata,”Ini milik Yahudi ya bi, mereka telah membunuh saudara2 kita di Palestina ya?”. Sekali lagi, inilah definisi ‘perlawanan’ menurut kami, dan disini juga kami bisa menemukan sebuah kebahagiaan yang luar biasa yang mungkin tidak dirasakan orang lain.

Memang tidak semua produk-produk mereka yang mampu kami lawan. Tapi, sekali lagi kaidah fiqih diatas mengajarkan kepada kami, untuk tetap bisa berbuat sekecil apapun itu. Ada produk-produk yang bisa dihindarkan pemakaiannya dan bisa disubstitusi kepada produk lain, tetapi jujur harus diakui masih banyak juga produk yang tidak bisa kami hindari pemakaiannya. Kami sekeluarga pun jujur harus mengakui, ‘perlawanan’ sunyi yang kami lakukan terkadang tidak sepenuhnya berjalan dengan baik. Sesekali (bukan seringkali) kamipun masih menggunakan produk-produk mereka (padahal masih ada produk subsituti lain yang masih bisa kami gunakan) dikarenakan beberapa hal) Tapi tetap saja frekwensinya kecil dan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Hari ini, ketika mereka kembali melakukan pembantaian kepada bocah-bocah/wanita/pejuang palestina, maka daftar produk yahudi laknat tersebut harus kembali kami rilis ulang, kami catat kembali dengan rapi, dan kami kobarkan kembali semangat perang ini.

Jika ada Milyaran orang yang akan boikot produk yahudi, kami sekeluarga adalah diantaranya.

Jika ada Jutaan orang boikot produk Yahudi, kami sekeluarga diantaranya

Jika ada Ribuan orang boikot produk Yahudi, kami sekeluarga diantaranya

Jika ada Ratusan orang boikot produk Yahudi, kami sekeluarga diantaranya

Jika ada Puluhan orang boikot produk Yahudi, kami sekeluarga diantaranya

Jika hanya ada satu entitas boikot produk Yahudi, maka kami sekeluarga adalah entitas itu

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, apa saja produk-produk Yahudi yang kemungkinan besar menjadi penyumbang bagi penjajahan mereka yang berada di sekitar kita. Banyak referensi yang bisa kita pakai, dan itu tersebar di berbagai restoran franchise, produk makanan dan minuman, produk rumah tangga (pasta gigi, sabun mandi, bedak, dll). Beberapa Ulama Islam dunia, seperti Prof Yusuf Qardhawi, Syeikh Salman bin Fahd Al Audah (Arab Saudi),Syeikh Muhammad Saed Ramadhan al Buthi (Suriah), Fatwa Majelis Ulama Sudan, Fatwa Majelis Ulama Palestina, pernah mengeluarkan daftar-daftar produk mereka yang mungkin ada disekitar kehidupan kita (cari sendiri ya)

JADILAH PARA PEJUANG, WALAU HANYA DALAM SUNYI

“Bagaimana rupa hati yang Ia tiada bertahta disana? Betapa miskinnya anak-anak zaman, saat mereka saling benci dan bantai. Betapa sengsaranya mereka saat menikmati kebebasan semu; makan, minum, seks, riba, suap, syahwat dan seterusnya, padahal mereka masih berpijak dibumi-NYA” (Rahmat Abdullah)

Wallahu alam bishawab

“Pojokan Kampus Salemba, menjelang Magrib, 19/Nov 2012”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline