Di era serba digitalisasi ini begitu deras arus informasi dari berbagai daerah, bahasa, usia, bahkan lintas negara. Berbagai produk fisik hasil kemajuan digitalisasi saat ini pun tak lepas dari genggaman kita karena sangat membantu kita untuk beraktivitas sehari-hari, seperti handphone, laptop, televisi, dan perangkat fisik lainnya.
Selain dari perangkat fisik ada pula perangkat nonfisik hasil kemajuan digitalisasi yakni media sosial seperti Internet yang membantu untuk mengakses beberapa aplikasi seperti WhatsApp untuk mengobrol daring, Instagram untuk membagikan momen, YouTube untuk menonton video, dan masih banyak lagi.
Begitu banyak dampak positif yang kita rasakan dengan adanya internet, namun sadarkah bahwa dengan majunya sebuah teknologi semakin besar juga dampak negatif yang menghantui apabila tidak digunakan dengan baik dan waspada. Melalui sosial media juga memunculkan adanya berbagai efek negatif yang tidak diinginkan, salah satunya dapat mempengaruhi individu dalam memandang tubuhnya (Fardouly, Willburger & Vartanian, 2017).
Saat ini Indonesia menempati posisi keempat dengan pengguna internet tertinggi setelah US pada tahun lalu. Mengutip dari survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), terdapat kenaikan 1.31% pengguna internet yang pada 2023 terdapat 215 juta kemudian pada 2024 menjadi 221 juta.
Terdapat 89,67 juta pengguna Instagram di Indonesia pada Desember 2023 - 9 Januari 2024. Seperti yang diketahui bahwa Instagram adalah platform yang lengkap melihat dari layanan yang ditawarkan seperti chatting, posting video/foto, bahkan hingga melakukan live tatap muka.
Melalui platform Instagram kita dapat mengeksplor informasi lebih luas, dalam platform ini juga kita dapat berbagi banyak momen atau cerita, juga kita bisa membatasi siapa yang kita izinkan untuk mengeksplor akun kita. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa ada beberapa postingan atau hasil eksplor dalam platform ini memicu seseorang merasa tertinggal atau berbeda, sehingga menimbulkan perasaan rendah diri dan membandingkan diri dengan orang lain.
Paparan yang terus-menerus terhadap gambar-gambar yang dimanipulasi secara visual dan terkadang tidak realistis tentang tubuh (fisik) atau biasa disebut diedit atau filter foto dan gaya hidup dapat menciptakan perasaan tidak mampu atau tidak puas dengan penampilan dan kehidupan seseorang.
Membandingkan diri dengan gambar-gambar yang 'sempurna' yang sering ditampilkan di instagram dan rasa kalah popularitas dapat meningkatkan perasaan rendah diri dan ketidakpuasan. Selain menyebabkan membandingkan diri, melalui instagram pengguna juga bisa saja saling menghina atau menjatuhkan secara tidak langsung yang menyebabkan pengguna lainnya merasa tersinggung dan kesal.
Dengan adanya perasaan atau emosi negatif dapat berpengaruh terhadap rendahnya self esteem. Menurut Rosenberg (Mruk, 2006), self esteem merupakan sikap seseorang berdasarkan persepsi tentang bagaimana ia menghargai dan menilai dirinya sendiri secara keseluruhan, yang berupa sikap positif atau negatif terhadap dirinya sendiri.
Selain itu ia mengatakan bahwa self esteem adalah sebagai suatu rangkaian-rangkaian sikap individu tentang apa yang dipikirkan dirinya berdasarkan persepsi perasaan, yaitu suatu perasaan tentang keberhargaan dan kepuasan dirinya. \
Berbeda dengan yang diungkapkan oleh Rosenberg & Murk, Heatherton dan Polivy (1991) mengatakan bahwa penilaian diri merupakan penilaian pribadi tentang keberhargaan yang mengungkapkan ke dalam perilaku tindakan yang dilakukan pada dirinya sendiri. Dari dua definisi tersebut dapat dipahami bahwa self esteem adalah bagaimana kita memandang atau menilai diri kita yang diekspresikan melalui tindakan, jika seseorang memiliki self esteem yang rendah maka akan berdampak pada rasa percaya dirinya atau bisa kita sebut menjadi pesimis.