Lihat ke Halaman Asli

Pesan Damai dari Momentum Imlek

Diperbarui: 30 Januari 2017   11:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Senang ya rasanya… hari Raya pergantian tahun sodara se-Indonesiaku, Imlek berjalan damai, teduh dan lancar. Semoga perayan-perayaan hari raya lainnya, juga seperti ini. Kan yang merasakan kedamaian bukan hanya satu dua orang atau satu dua kelompok saja, melainkan kita semua. Lebih enak dan nikmat damai bukan daripada rusuh dan ribut?

Bangsa yang majemuk seperti Indonesia memang punya banyak tantangan. Keberagaman dan perbedaan kadang menimbulkan gesekan. Wajar. Namanya juga manusia, yang punya 1001 macam pendapat, keinginan, niat dan kepentingan. Tapi kewajaran tersebut akan naik pangkat menjadi luar biasa, ketika keberagaman dan perbedaan itu bisa berjalan secara harmonis. Seperti Indonesia kita tercinta ini. Saat ini.

Kata para motivator, keberhasilan sekecil apapun harus disyukuri dan… dirayakan. Karena keberhasilan kecil akan memancing keberhasilan-keberhasilan besar, terus dan menerus. Jadi, momentum Imlek tahun ini yang berjalan dengan damai, sejuk, teduh, tenteram, harus saya syukuri dan rayakan. Alhamdulillah.

Betapa senangnya anak-anak kita, keluarga kita, tetangga-tetangga kita menjalankan kehidupan sehari-hari dengan normal. Alangkah ringanya beban tugas pak polisi, pak tentara, para petugas terkait yang bertanggungjawab terhadap keamanan dan pertahanan negara. Kita semua senang. Kita semua bahagia.

Musyawarah Mufakat

Sejak dulu, bangsa kita selalu mengedepankan musyawarah dan mufakat (MU2) dalam menyelesaikan segala masalah. Bahkan ketika sudah masuk koridor hukum pun, semangat musyawarah dan mufakat tetap dijaga. Namun, akhir-akhir ini, hal tersebut semakin luntur. Terutama di kota-kota besar, yang notabene warganya sudah berpendidikan lebih tinggi. Semangat MU2 makin kehilangan rohnya. Sebagian anak bangsa kita mulai menggerus semangat itu, dengan tindakan-tindakan lainnya yang seringkali menimbulkan konflik baru.

Sudah saatnya kita kembalikan musyarawarah mufakat sebagai semangat dasar kita dalam menjalankan kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat yang bhineka, beragam dan berbeda.

Contoh nyata masih terjadi di kampung-kampung kota-kota kecil. Jangan salah lho, di sana juga banyak perbedaan dan keberagaman dengan levelnya masing-masing. Mulai dari perbedaan keyakinan, perbedaan suku, asal usul, strata ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Perbedaan pendapat dan kepentingan kerap terjadi. Tapi kita bisa melihat bagaimana kehidupan di kampung-kampung itu masih tetap bisa memegang semangat musyawarah dan mufakat. Kondisi kampung tetap kondusif, aman dan damai. Syarat mutlak kehidupan manusia di muka bumi ini.

Saya sungguh berharap, momentum Imlek yang damai kali ini, bisa terus dijaga dan ditularkan ke momentum-momentum lainnya. Kita bisa kok. Kita mampu kok. Dan kita memang mau hidup damai, aman dan lalu sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline