Lihat ke Halaman Asli

Seberapa Tinggi Level Keindonesiaanmu?

Diperbarui: 16 Desember 2016   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bung Karno dan para pahlawan bangsa, punya impian luhur menjadikan negeri ini, bangsa yang merdeka, adil, makmur dan sejahtera. Mereka berjuang dengan senjata (baik senjata tajam/senapan maupun senjata diplomasi) untuk mewujudkannya. Sejak awal mereka sadar, bahwa bangsa Indonesia sangat heterogen. Berbeda dalam banyak hal. Namun, untuk mencapai tujuan bersama, seluruh perbedaan itu harus melebur menjadi satu kesatuan. Itulah yang sudah dicontohkan para pendiri bangsa, sehingga kita sekarang bisa menghirup udara kemerdekaan dan kebebasan.

Tentu saja, butuh perjuangan ekstra keras untuk mewujudkan semua itu. Bahkan mungkin jauh lebih berat dibanding apa yang pernah kita bayangkan. Sebuah pepatah menyatakan, meraih lebih mudah dibanding mempertahankan. Jika kita percaya dengan pepatah tersebut, maka perjuangan bung Karno dan para pahlawan lebih mudah dibanding saat ini, ketika kita berada pada era mempertahankan kemerdekaan. Untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa kita, begitu banyak tantangan dan hambatan yang menghadang. Setiap saat, kita dihadapkan pada 1001 masalah yang merongrong NKRI, sejak dulu sampai detik ini.

Sudah banyak pemberontakan terjadi. Sudah banyak upaya-upaya disintegrasi terjadi. Begitu banyak pihak-pihak yang meruncingkan perbedaan. Tak henti-hentinya pihak di dalam dan di luar negeri ini, mencoba mengusik ikatan persatuan bangsa ini. Slogan Bhineka Tunggal Ika kerap diragukan. Dasar negara Pancasila seringkali dianggap tak bertuah. Hal-hal semacam itu akan terus terjadi, sebagai ujian bagi bangsa ini dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa (NKRI).

Ujian-ujian tersebut adalah sebuah keniscayaan. Pasti akan terjadi dan terus terjadi dalam bentuk, warna, corak dan level yang berbeda-beda. Makin tinggi level ujian dan kita bisa melewatinya, maka kita akan naik tingkat. Naik tingkat bangsa ini adalah menuju cita-cita luhur yaitu masyarakat adil, makmur, dan sejahtera. Sekarang kita masih berkutat dengan urusan persatuan dan kesatuan. Entah sampai kapan ujian persatuan dan kesatuan akan terjadi. Selama kita masih belum naik level ke tingkat yang lebih tinggi, maka selama itu pula ujian persatuan dan kesatuan akan terus terjadi.

Saya mau naik level. Urusan perbedaan, ketidaksamaan, keberagaman dan sejenisnya, sudah bukan isu menarik lagi. Seharusnya kita sudah tidak lagi berada pada level itu. Perbedaan adalah fakta. Kita memang berbeda, beragam dan berwarna-warni. Tak ada yang bisa mengubah fakta itu. Tidak ada seorang pun yang hebatnya luar biasa, bisa membuat kita sama. Orang Papua berbeda dengan orang Aceh. Orang Sunda berbeda dengan orang Jawa. Orang Batak berbeda dengan orang Minang. Orang Dayak berbeda dengan orang Melayu. Orang Bugis berbeda dengan orang Minahasa. Itu Fakta.

Orang Islam berbeda dengan Budha. Orang Katholik berbeda dengan orang Hindu. Orang Protestan berbeda dengan orang Konghucu. Itu juga adalah fakta. Kita berbeda. Kita beragam. Tak ada yang bisa mengubah fakta tersebut.

Kalau kita masih tetap terusik dan terganggu dengan perbedaan-perbedaan itu, maka kita belum naik kelas. Bahkan bisa jadi turun kelas, karena para pendahulu kita, para pahlawan kita, nenek moyang kita, tidak menjadikan perbedaan itu sebagai masalah. Justru menjadinya sebagai sebuah kekuatan yang luar biasa. Itulah kenapa tercipta Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara hebat – satu-satunya di dunia yang memiliki perbedaan begitu banyak (suku, bahasa, agama, ras), namun bisa menjadi satu kesatuan.

Yuk ah kita naik level, naik kelas, naikkan impian kita menuju cita-cita bersama, yaitu Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera. Mari kita naikkan level keindonesiaan kita, bukan level perbedaan. Bukan level golongan kita. Bukan level latar belakang kita. Bukan level kepentingan segelintir orang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline