Lihat ke Halaman Asli

firdaus edo

Mahasiswa

Uniknya Dumbeg, Kue Legit Berbentuk Terompet yang Kaya Filosofi

Diperbarui: 20 Desember 2024   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Latar Belakang
  

       Dumbeg merupakan salah satu makanan khas dari daerah kabupaten Rembang yang memiliki keunikan bentuk menyerupai terompet nan spiral. Di Rembang, kue ini biasa disajikan pada momen-momen tertentu, seperti pada acara lamaran dan tradisi sedekah bumi. Dari sejarahnya, kue ini kerap dikaitkan dengan makanan favorit para wali ketika berkunjung di kabupaten Rembang dalam dakwah pada sekitar abad ke-15 hingga abad ke-16.
       Yang menjadi keunikan dari kue dumbeg bukan hanya dari rasanya yang memadukan antara manis, legit, gurih, serta memiliki tekstur lembut, kenyal dan beraroma wangi, tetapi juga dari bentuknya yang lonjong seperti terompet namun spiral.  Selain itu, cara  untuk menikmati kue dumbeg sendiri cukup sederhana, tinggal di buka pengait daun lontarnya kemudian dilepas secara spiral dari bagian atas ke bawah sambil dinikmati perlahan di setiap putaran lepasnya daun lontar.
 

Filosofi Dalam Kue Dumbeg
     

       Selain menjadi makanan unik yang khas dari daerah kabupaten Rembang, kue dumbeg juga mempunyai makna atau filosofi yang mendalam. Dalam tradisi Jawa, dumbeg dijadikan sebagai simbol yang melambangkan kesuburan dan tonggak peradaban manusia.

       Dari daun lontar yang sebagai pembungkusnya melambangkan sifat tawaddu kepada Tuhan yang Maha Esa. Selain itu, daun lontar yang tumbuhnya selalu menunduk mengajarkan sikap rendah hati dan menghindari diri dari sifat sombong. Kemudian bentuk dumbeg yang spiral dari putaran kecil ke putaran besar melambangkan perjalanan hidup yang harus dimulai dari hal kecil hingga ke besar.

Proses Pembuatan Kue Dumbeg
      

       Kue dumbeg dibuat dari campuran tepung beras, gula merah, dan juga santan yang di rebus menjadi satu kemudian di tuang di wadah yang terbuat dari daun lontar kemudian di masak kembali dengan dikukus sampai matang atau sampai memadat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline