Lihat ke Halaman Asli

Infotainmen

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Seperti telur dan tahi ayam, kira-kira demikian perumpamaan produk jurnalisme profesional dengan tayangan infotainmen. Maka tak heran jika Effendi Choirie dalam sebuah acara talkshow mengatakan bahwa tayangan rasan-rasan tersebut haram dianggap sebagai salah satu bagian dari jurnalisme.

Sejak keluarnya fatwa MUI tentang infotainmen berikut blow up besar-besaran terhadapnya kesadaran publik seakan digiring untuk turut mencermati program informasi selebritis yang terlanjur akrab dengan mereka itu. Lepas dari segala daya pikatnya yang selalu mengundang penasaran dan rasa ingin tahu, dan kecenderungannya yang mengumbar sensualitas kehidupan para artis dan figur terkenal, masyarakat akhirnya siuman: tayangan tersebut tak jarang menelisik kehidupan privat seseorang terlalu dalam.

Sekarang, mari melompat beberapa bulan pasca keluarnya fatwa tersebut. Mungkin karena khawatir mengundang reaksi lanjutan, para awak program tersebut terlihat lebih berhati-hati dalam memilih konten berita. Celakanya, informasi yang biasanya disiarkan oleh program berita yang lain, seperti Seputar Indonesia (RCTI), Liputan 6 (SCTV), Topik Malam (TV One), dan Metro Pagi (Metro TV), mulai dari air sungai yang meluap, gunung meletus, bom bunuh diri, kebakaran hutan, lakalantas, hingga penertiban pasar liar kini juga disiarkan oleh infotainmen (!).

Meski berita-berita tersebut sedikit banyak dikaitkan dengan kehidupan para bintang sinetron, musisi top, hingga pelawak terkenal, namun pergeseran konten berita tersebut terkesan begitu dipaksakan. Pertanyaan kita: apa karena reaksi sebagian kalangan yang memandang negatif substansi berita infotainmen lantas para pembuatnya kehilangan akal untuk survive?

Mungkin itu krisis yang diidap oleh para pekerja infotainmen. Daya kreatif dan profesionalisme mereka teramat kering untuk menampilkan berita yang faktual, obyektif, dan berimbang tantang sosok seorang selebritis. Sebab, mereka terbiasa bekerja dengan gosip.

Ah, jangan ikut ngegosip deh! Ehehehehe…




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline