Lihat ke Halaman Asli

Pendekatan Empati dalam Komunikasi Krisis Covid-19

Diperbarui: 19 Mei 2020   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

reputationtoday.in

Memahami kondisi yang dialami orang lain sangatlah sulit, dibutuhkan suatu pembelajaran bagaimana seandainya diri ini berada dalam posisi itu, apakah juga akan berbuat seperti yang dilakukan individu itu atau mempunyai tindakan lain.

Otak manusia dirancang sedemikian rupa untuk menciptakan pola khusus saat mengelola informasi ketika dihadapkan dengan suatu ancaman, baik terhadap diri sendiri maupun ancaman kepada sekitar. 

Dampaknya, kita cenderung merespons dengan perasaan cemas, takut, tidak berpikir jernih, dan panik. Wajar saja ketika otak kita merespons dengan hal semacam itu, terlebih dengan adanya informasi krisis soal COVID-19. 

Namun ternyata kecemasan itulah yang membuat kita kesusahan untuk bekerjasama dengan otak kita dalam menghadapi krisis. Untuk itu, diperlukan suatu metode mengolah emosi cemas dan perasaan was-was, untuk menjadi kunci mengatasi krisis saat ini.

Tanpa mengakui adanya emosi yang negatif di tengah kita, akan sangat sulit bagi kita untuk menunjukkan kepentingan yang sama untuk memerangi virus Corona. Ketika kita diberikan informasi real, bahkan seburuk realitas yang ada, maka kita akan memiliki pegangan informasi untuk membuat keputusan yang rasional untuk keluar dari masalah yang kita hadapi.. 

Tentunya realitas semacam ini dibangun atas kepercayaan dua arah dan bukan berdasarkan asumsi kecurigaan satu sama lain. Tak terkecuali persoalan global pandemi COVID-19 ini.

Itu disebut dengan komunikasi krisis.

Fearn-Banks (2002:2) menyatakan pendapatnya bahwa “komunikasi krisis adalah dialog yang terjadi antara suatu institusi dan publik dalam waktu sebelum dan setelah krisis”. 

Komunikasi krisis di masa pandemi saat ini menjadi penting karena diyakini sebagai sebuah upaya bagi institusi / kelompok (baca:negara) untuk merefleksikan diri mereka masih mampu untuk mengendalikan suatu keadaan. 

Pandemi ini telah memunculkan berbagai macam respon termasuk respon dan cara pemerintah menangani komunikasi krisis yang sangat menentukan keselamatan warga Indonesia. Pesan yang disampaikan tepat waktu dari orang tepat diyakini dapat menyelamatkan sebuah nyawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline