Lihat ke Halaman Asli

Orator BBM

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menyoal Keagungan BBM,
Hendak kusampaikan barisan kalimatku,,…

Di senja yang mulai gelap oleh damai,

Orator yang meneriak Penolakan BBM itu, menjadi satu-satunya cahaya,

“BBM Naik, Rakyat Menjerit”

“BBM Naik, SBY Turun”

“Masyarakat Panik, Asing Asyik-asyik”

Kuperhatikan keramaian senja yang sesak,

Ayam tetangga seperti melupa untuk menyahut lagi,

Seiring Sunset, Sunrise Baru muncul,

Orator yang meneriak Penolakan BBM itu, menyengat sesak,

“BBM Naik, Rakyat Menjerit”

“BBM Naik, SBY Turun”

“Masyarakat Panik, Asing Asyik-asyik”

Malam sudah mengumandangkan dirinya,

Jalanan masih dalam status malang,

Kendaraan menepi, pengendara menengah,

Lampu lalu lintas, seperti malu-malu menunjukkan cahayanya,

Malam semakin tinggi, Orator yang meneriak Penolakan BBM itu semakin meninggi,

“BBM Naik, Rakyat Menjerit”

“BBM Naik, SBY Turun”

“Masyarakat Panik, Asing Asyik-asyik”

Di perantara shubuh, Aku masih tersadar,

Kumelewatkan hari tanpa sebuah mimpi,

Bahwa Indonesia sudah tidak layak bermimpi,

Kuharap ini bukan pertanda,,

Sfr3289-28-03-12

Sebelum harga BBM Naik




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline