Lihat ke Halaman Asli

Penyebab Utama Pengangguran Lulusan Sarjana S1

Diperbarui: 4 April 2017   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tak ada yang lebih parah daripada kata pengangguran, apalagi pengangguran bagi orang berpendidikan tinggi. Masa kuliah 4 atau 5 tahun seperti terbuang sia-sia. Bahkan miris jika mengingat biaya kuliah puluhan juta dari orang tua menjadi tidak berarti apapun.

Ratusan ribu lulusan sarjana S1 menganggur. Dengan harap yang besar, wajah lesu berpeluh frustasi berdesakan disetiap acara job fair untuk sekedar mengambil formulir pendaftaran. Harga diri dari gelar lulusan mahasiswa menjadi sebuah harga mati, sebuah kebanggaan tersendiri bagi seorang lulusan sarjana untuk mencapai satu kursi jabatan yang lebih layak

Jadi, Apa yang sebenarnya menjadi faktor kunci utama yang bisa menjelaskan kenapa masih banyak sarjana S1 menjadi seorang yang pengangguran?

Berikut Penjelasannya “jobless factors”

  • Pertumbuhan ekonomi yang kurang bagus membuat industri dan perusahaan enggan melakukan ekspansi, artinya kebutuhan tenaga kerja baru juga stagnan, sehingga muncullah pengangguran S1
  • Secara presentase, lulusan SMA/SMK lebih banyak terserap dalam lapangan kerja dibanding lulusan S1. Mengapa? Contoh dalam sektor perdagangan, ribuan toko yang ada dipasar, mall, ruko, hanya membutuhkan serapan tenaga kerja dari lulusan SMA/SMK.
  • (gengsi jika lulusan sarjana S1 disuruh jaga toko :D )
  • Kurangnya faktor WOW

Dewasa ini, kebanyakan sarjana menganggur karna memang tidak punya sama sekali something WoW. Jadi, selama kuliah 4 sampai 5 tahun jalan hidup perkuliahannya hanya datar-datar saja. Sudah penguasaan teori buruk, pun tidak pernah melakukan dan menghasilkan suatu hal yang bisa menunjang karis masa depannya (saat jadi mahasiswa bisa jadi dia hanya menjadi mahasiswa kupu-kupu(kuliah pulang-kuliah pulang), sibuk main game, sibuk sosmed, atau bahkan hanya hafalan teori yang ditugaskan dosen, setelah itu hafalannya keformat. Ditambah lagi tidak pernah ikut pengalaman organisasi satupun.

           

Faktor lain yang bisa memicu terjadinya jobless (pengangguran), yakni banyaknya mahasiswa yang setelah lulus, bekerja tidak sesuai dengan kemampuan/skill ilmu yang dipelajari semasa kuliah. Hal ini banyak terjadi karena:

  • Kuliah program studi paksaan dari Orang Tua, Disini anak dipaksa untuk mengikuti keinginan orang tua. Misal: Orang Tua memaksakan anak harus jadi dokter, lalu dipaksa ikut jurusan program kedokteran, padahal si anak menginginkan menjadi seorang ekonom. Dari paksaan inilah yang sebenarnya menjadi beban bagi seorang anak ini ketika diperkuliahan, sehingga apa yang diajarkan dosen. Anak ini sudah tidak mau menerimanya
  • Ikut-ikutan Teman, Saat teman-teman daftar kuliah, maka ikutlah daftar kuliah juga supaya tidak malu dengan teman, lebih parahnya lagi jika program study yang diambil tersebut juga ikut-ikut teman. Padahal sendirinya tidak mampu menempuh jurusan yang diambil dan bahkan tidak menyukai dengan study yang diambil temannya. Dari tujuan yang salah itupun juga dapat mengakibatkan gagal fokus, akibatnya tidak dapat maksimal dalam dalam menjalankan kuliah.
  • Kuliah untuk memenuhi gaya hidup, Supaya kelihatan keren dengan gelar mahasiswa, mempunyai komunitas yang banyak dan menyandang gelar sarjana ketika lulus nanti. Diluar itu, pada saat perkuliahan justru tidak tahu, ada tugas nyontek, ulangan nyontek, skripsi minta bantu ke orang lain, hasilnyapun ketika lulus hanya akan menjadi lulusan mahasiswa yang tidak berkualitas dan tidak tau apa-apa.                                                                                                                                                                                                                                                           Dari itu, jika ingin menjadi lulusan sarjana yang berkualitas untuk mampu bersaing di dunia kerja nyata. Sedari dini sudah harus bersungguh-sungguh dalam mengikuti perkuliahan dari semester awal yang kebanyakan dianggap enteng oleh kebanyakan mahasiswa dan lebih mengasah skill kita di organisasi ekstra maupun intra kampus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline