Lihat ke Halaman Asli

Firda Puri Agustine

TERVERIFIKASI

Melongok Rumah Mantan Gubernur DKI Henk Ngantung sebelum Direnovasi

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13933189381869899015

[caption id="attachment_324629" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS/Wawan H Prabowo)"][/caption]

Tulisan saya kali ini masih tentang Mantan Gubernur DKI Jakarta Henk Ngantung. Banyak yang belum tahu, termasuk saya ketika itu, mengenai sejarah maupun kehidupan beliau semasa hidup maupun keluarganya pasca ia meninggal di Jakarta, 12 Desember 1991. Bagian pertama ini saya tulis sekitar 10 bulan lalu saat keadaan rumah masih asli. Bagian kedua dan selanjutnya akan saya bagi bergantian. Selamat menikmati ya teman-teman, semoga bermanfaat.

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Alm. Henk Ngantung / dok. keluarga"]

13933019701110131287

[/caption]

************

"Guk..guk..guk..!" Suara gonggongan anjing menyambut kedatangan saya di depan sebuah rumah nomor 25, Rabu (24/4/2013), pukul 18.44 WIB. Rumah ini terletak paling ujung dari Gang Jambu, Jalan Dewi Sartika, Cawang, Jakarta Timur. Pintu pagar terbuat dari besi dilapisi seng yang sudah lapuk berwarna gelap. Cukup tinggi sehingga privasi penghuni tetap terjaga.

Tak perlu menunggu lama, seorang wanita paruh baya membuka pintu. Tampak beberapa kerutan di wajah, namun aura kecantikannya masih terpancar. Lengkap dengan sanggul buatan dan tata rias lengkap bak mau pesta. Meski bukan pakaian mewah nan glamor, gaya berbusananya juga seperti anak muda. Atasan pendek warna hitam keabu-abuan dipadu celana legging hitam dan sendal karet berhak sekitar 5 cm. Tak ada yang menyangka jika usianya sudah 74 tahun.


[caption id="attachment_313903" align="aligncenter" width="200" caption="Gang menuju rumah Henk Ngantung"]

13933020411417272046

[/caption]

"Hai, aku sudah tunggu dari tadi, lho!" sapanya hangat. Dia mempersilakan masuk. Namun, saya agak ragu karena anjing yang menggonggong tadi bukan cuma satu, melainkan lima. Jenis anjing kampung berwarna kombinasi hitam putih, cokelat, hitam, dan putih. Badan mereka besar. Cukup membuat nyali menciut. Saya pecinta binatang, tapi kalau anjing di depan mata, biasanya saya kabur.

"Ah, tidak apa-apa. Mereka tidak gigit orang. Ayo masuk. Mereka yang sehari-hari jaga saya. Kalau ada orang jahat baru gigit," ujar sang empunya. Masih dengan perasaan was-was, saya paksakan masuk. Kelima anjing pun bertingkah sama dengan majikan. Ikut masuk ruang tamu dan duduk mengitari kami. Sudah bisa ketebak kan perasaan saya? Deg-degan setengah mati. Inilah salah satu liputan berkesan di mana sepanjang wawancara berlangsung, lima ekor anjing duduk manis di dekat saya.


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline