Patologi sosial diartikan sebagai penyakit masyarakat yang pada dasarnya ditimbulkan oleh manusia itu sendiri. Beberapa penyakit masyarakat diantaranya miras, judi, sesajen, dan menguji nasib dengan anak panah. Diantara penyakit masyarakat diatas disebabkan oleh beberapa aspek dari manusia seperti fisik (biologis), nalar, emosi, spiritual (emosi), kepribadian, dan sosial. Hal ini menjadikan penyakit masyarakat menimbulkan efek mental health pada manusia.
Terdapat 3 indikator utama dalam patologi sosial yaitu merata, sifatnya akut, dan satu sama lain saling mendukung atau kolaborasi agar tetap berjudi dan khamar. Al-Qur'an menyebutkan bahwa khamr adalah segala minuman yang memabukkan, seperti yang disebut dalam Q.S Al-Baqarah: 219 yang berbunyi:
Artinya: Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamr dan judi. Katakanlah, "Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya". Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakan. Katakanlah, "Kelebihan (dari apa yang diperlukan)." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat Nya kepadamu agar kamu memikirkan.
Khamr atau semua yang memabukkan dapat ditemukan dalam beberapa cara diantaranya: operasi narkotika, wilayah pribadi, bumbu dapur, ramuan dari bunga dan daun, kotoran kerbau, dan kotoran manusia yang ditemui dalam beberapa bentuk seperti arak, ramuan, dan natkotik. Artinya, khamr bisa muncul dari berbagai bentuk dengan bermacam-macam senyawa menjadi suatu benda obat, minuman, dan sebagainya).
Hubungan antara khamr dengan miras adalah ketika dikonsumsi nalar dapat tertutup dan terjadi penurunan daya pikir atau tugas. Akibatnya, nalar akan tertutup dengan emosi yang tidak stabil sehingga rohani tidak akan mempunyai kepekaan tentang nilai agama.
Untuk menghilangkan penyakit masyarakat atau patologi sosial ini, maka diperlukan menggunakan nilai evolusi. Ada dua teori perubahan sosial yaitu revolusi dan evolusi (informatif -- edukatif -- penyadaran, perbandingan, faktor dominan, memilih yang dominan, dan memantapkan pilihan).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H