Lihat ke Halaman Asli

Bahaya di Balik Kesenangan Platform TikTok

Diperbarui: 8 Mei 2024   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jumlah pengguna internet di Indonesia pada bulan Maret 2021 menurut laporan We Are Social mencapai 212,35 juta orang, menjadikan Indonesia sebagai negara ketiga dengan jumlah pengguna terbanyak di Asia. Sebagian besar dari mereka menggunakan internet untuk berinteraksi di media sosial, seperti WhatsApp, Youtube, Facebook, Instagram, Twitter, dan aplikasi lainnya. Namun, mereka mulai beralih dari media sosial konvensional ke aplikasi hiburan seperti TikTok yang menawarkan konten yang lebih menarik. Pada Juli 2021, jumlah pengguna TikTok mencapai 92,2 juta orang, dengan mayoritas pengguna berusia 18-34 tahun.

TikTok merupakan sebuah aplikasi gratis yang menyajikan konten video musik pendek. Mengakses aplikasi ini memiliki beberapa manfaat, seperti menyediakan berbagai hiburan yang beragam, meningkatkan daya ingat, dan mendorong gerakan tubuh. Di sisi lain, penggunaan TikTok yang tidak bijaksana dapat memiliki dampak negatif, seperti menurunkan produktivitas dalam pekerjaan, terpapar konten yang tidak sesuai, serta meningkatkan risiko tindakan penindasan atau intimidasi secara terang-terangan.

TikTok telah menjadi tempat di mana oknum-oknum penyebar hoaks dan cyberbullying berkumpul, dimana pengguna cenderung menggunakan teks, gambar, dan video. Dengan keberadaan jejaring sosial TikTok ini, pengguna lebih mudah melakukan cyberbullying dengan cara mengunggah video atau foto serta menambahkan tulisan yang tidak pantas, dengan tujuan untuk merusak nama baik korban dan membuat korban merasa malu serta terintimidasi.

Selebriti Tiktok dengan Username "BILA L nya satu" sempat menjadi trending topik beberapa waktu lalu, tepatnya saat masih masa pemilu 2024. Gemparnya kasus ini berawal dari siaran langsung dirinya yang dianggap sangat fanatik terhadap salah satu paslon hingga menyindir dan menjatuhkan paslon lain. Pembahasan dalam live tersebut tentunya mematik api bagi pendukung paslon lain sehingga mulai bermuncullah serangan komentar negatif yang ditujukan untuk dirinya.

Beberapa unggahan video terbaru baik dari akun dengan username "BILA L nya satu" hingga kini masih kerap dihujani komentar pedas dan panas para netizen. Bullying tersebut juga merambah hingga kepada akun yang mengtag dirinya seperti adanya beberapa komentar pada postingan video dari akun Tar makeup. Tidak hanya sebatas itu, yang paling jauhnya ialah munculnya akun- akun baru yang memposting ulang video yang sebenarnya hampir terlupakan sehingga mengingatkan kembali para netizen untuk terus menghujat selebriti tiktok tersebut.

Lantas, bagaimana TikTok berperan terhadap fenomena cyberbullying? TikTok menjadi salah satu tempat di mana cyberbullying terjadi karena sifatnya yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi secara anonim. Kemampuan untuk mengunggah video dengan cepat juga bisa mempercepat penyebaran konten yang merugikan. Selain itu, karena fokus TikTok pada konten video pendek, ada risiko bahwa konten yang tidak pantas atau merugikan dapat dengan cepat mendapatkan popularitas yang luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline