Lihat ke Halaman Asli

Iasa Nur Firdausi

Freelance writer

Derita Penyintas Tragedi Kanjuruhan yang Tak Kunjung Reda : Kornea Bengkak Hingga Tubuh Setengah Lumpuh

Diperbarui: 12 Oktober 2022   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raffi, Naswa, dan Dibby, para korban gas air mata kadaluarsa di tragedi Kanjuruhan yang masih menderita

Makassar -- Sepertinya tak akan ada yang menentang kalimat, "Tidak ada satu kemenangan pun yang sebanding dengan nyawa," yang sempat dilontarkan Mas Bepe beberapa tahun silam. Kalimat tersebut rasanya wajib dijadikan pengingat bagi seluruh supporter bola agar tindak melakukan tindakan bodoh untuk mengungkapkan rasa cinta dan bangganya terhadap klub sepak bola andalannya.

Namun sangat disayangkan, quotes tadi biasanya muncul bersamaan dengan datangnya ironi. Setiap kali pernyataan tersebut marak disuarakan, berarti ada setidaknya satu nyawa lagi yang hilang karena sebuah pertandingan. Seperti tragedi kelam yang terjadi belakangan ini di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10).

Tak hanya merenggut lebih dari 130 nyawa saja, tragedi kanjuruhan ini juga menyisakan trauma mendalam bagi korban dan keluarga, tak terkecuali korban yang selamat. Bagaimana tidak, sudah lebih dari sepekan dampak bagi korban yang selamat tak kunjung mendapatkan perkembangan memuaskan. Mata merah dan kornea bengkak akibat penggunaan gas air mata kadaluarsa, menjadi bukti betapa mengerikannya tragedi kanjuruhan pada Sabtu (1/10).

Seperti yang diderita oleh aremanita, Kevia Naswa Ainur Rohma (18) dimana matanya masih memerah karena gas air mata dan bagian tangan kanan, serta kaki sebelah kirinya masih diperban dan terasa setengah lumpuh. Dia bercerita setelah pertandingan berakhir, terjadi kericuhan dan polisi menembakkan gas air mata. Kondisi itu membuatnya lari berdesakan keluar melalui pintu 13.

"Awal-awal terasa pusing, mata perih sampai susah untuk melihat dan sesak napas," kata Naswa (18) pada saat ditemui di rumahnya, Perum New Puri Kartika Asri Blok M 1 No 28 RT 04 RW 10 Kelurahan Arjowinangun, Kecamatan Kedungkandang pada Selasa (11/10). Naswa beruntung ada orang-orang yang menyelamatkannya dengan menarik dirinya. Setelah keluar dari Stadion Kanjuruhan, Naswa dilarikan ke RUDS Kanjuruhan oleh teman-temannya dan mendapatkan bantuan oksigen karena sesak napas.

Akibat dari insiden itu, sampai saat ini kondisi tangan kanannya masih sulit digerakkan. Untuk berjalan pun ia masih harus menggunakan alat bantu.

Hal serupa dialami oleh Rafi Atha Dziaulhamdi (14), pelajar SMPN 2 Kota Malang yang harus bolak-balik rumah sakit karena kondisi matanya belum normal. Saat ditemui di rumahnya yang terletak di Jalan Prof. Moh. Yamin Gang 2A, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Klojen pada Minggu (9/10), terlihat iritasi matanya cukup parah. Dimana bagian mata yang biasanya berwarna putih, kini keseluruhannya berwarna merah.

Penderitaan juga dialami Diby Fadillah (21), aremanita asal Bawean Gresik yang tidak mendapatkan pertolongan medis yang layak meski matanya mengalami iritasi parah dengan kondisi kornea mata membengkak. Bahkan, selama tiga hari Diby (21) hanya ditolong di rumah warga sekitar sebelum akhirnya dijemput oleh keluarganya. Insiden ini menimbulkan kesan trauma bagi dirinya dan keluarga.

Melalui kasus ini, selain ungkapan belasungkawa kepada korban yang meninggal dan memberikan bantuan bagi korban yang selamat, masyarakat pecinta sepak bola di Tanah Air sudah sepatutnya menyuarakan satu orasi yang sama yaitu : EVALUASI BESAR-BESARAN DAN USUT TUNTAS!!, agar insiden akibat ulah pecinta dunia persepakbolaan yang acap kali melewati aturan tidak terulang kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline