Lihat ke Halaman Asli

Firda Fahriyah

Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Keperawatan

Menerapkan Nilai-Nilai Altruisme dalam Pelayanan Keperawatan Profesional Modern

Diperbarui: 28 Desember 2024   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pelayanan keperawatan kontemporer sering menekankan efisiensi dan pencapaian hasil yang terukur di era teknologi yang terus berkembang. Namun, nilai-nilai altruisme seperti perhatian, empati, dan pengabdian untuk kepentingan orang lain tetap menjadi fondasi utama dalam profesi ini. Pendekatan berbasis altruisme mampu meningkatkan hubungan antara perawat dan pasien serta mendukung proses pemulihan secara menyeluruh (Watson, 2020). Oleh karena itu, menerapkan altruisme dalam praktik keperawatan saat ini tidak hanya relevan, tetapi juga menjadi keharusan agar aspek kemanusiaan tetap menjadi fokus utama dalam pelayanan kesehatan.

Altruisme memainkan peran penting dalam membangun kepercayaan antara perawat dan pasien. Nilai ini mencerminkan perhatian terhadap kesejahteraan orang lain (Berman et al., 2022). Altruisme mengacu pada keinginan untuk melakukan tindakan sukarela untuk menghasilkan manfaat bagi orang lain, kesejahteraan, dan meringankan kebutuhan orang lain. Dalam keperawatan, altruisme sangat berharga karena mendukung hubungan terapeutik, meningkatkan mutu pelayanan, dan memenuhi kebutuhan pasien secara holistik. Selain itu, altruisme bertujuan memajukan kesejahteraan orang lain sekaligus memberikan kepuasan emosional bagi perawat, tanpa mengharapkan balasan (Zuraida, 2022). Dorongan untuk membantu ini sering kali timbul dari empati terhadap penderitaan orang lain, yang dapat memunculkan perasaan sedih, stres, dan emosi lainnya (Syakirah et al., 2022).

Altruisme dalam keperawatan merupakan nilai fundamental yang mencerminkan dedikasi tulus dan perhatian tanpa pamrih terhadap kesejahteraan pasien. Meski layanan kesehatan modern semakin dipengaruhi oleh kompleksitas
dan teknologi, altruisme tetap menjadi elemen kunci dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pasien. Pasien yang menerima perawatan dengan empati dari perawat cenderung merasa lebih puas, yang secara tidak langsung memperkuat citra positif fasilitas kesehatan (ANA, 2015). Altruisme berfungsi untuk mempertahankan aspek kemanusiaan dalam pelayanan kesehatan, terutama dalam memberikan dukungan emosional dan spiritual yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Namun, penting bagi perawat untuk menjaga keseimbangan antara dedikasi terhadap pasien dan kesehatan pribadi mereka, guna mencegah kelelahan serta risiko burnout.

Altruisme memiliki keterkaitan erat dengan nilai-nilai keperawatan lainnya dalam memberikan asuhan holistik dan berkualitas. Sebagai nilai dasar, altruisme mengutamakan kesejahteraan pasien di atas kepentingan pribadi, tercermin dalam dedikasi perawat tanpa memandang latar belakang pasien (Watson, 2018). Nilai ini mendukung caring melalui perhatian dan kepedulian tulus, serta memperkuat human dignity dengan menghormati hak dan martabat pasien. Altruisme juga mendukung autonomy dengan membantu pasien membuat keputusan terbaik, serta justice melalui pelayanan yang adil. Selain itu, altruisme mendorong integrity perawat untuk bertindak sesuai kode etik, mendukung collaboration dalam tim, dan menopang truth & honesty dalam menyampaikan informasi secara jujur dengan tetap memperhatikan kondisi pasien. Altruisme juga berkontribusi pada accountability dalam memastikan tanggung jawab penuh atas tindakan keperawatan.

Penerapan nilai altruisme dalam pelayanan keperawatan profesional modern dapat ditingkatkan melalui strategi yang terstruktur dan berkesinambungan. Pertama, pendidikan dan pelatihan altruisme harus diintegrasikan dalam kurikulum keperawatan, baik melalui pembelajaran teoretis maupun praktis, untuk membentuk perilaku altruistik sejak dini. Kedua, pengembangan self-compassion dapat dilakukan melalui program seperti pelatihan mindfulness dan refleksi diri, karena belas kasih terhadap diri sendiri berkorelasi positif dengan empati dan altruisme (Dewi & Hidayati, 2015). Ketiga, menciptakan lingkungan kerja yang mendukung, dengan kepemimpinan yang mencontohkan altruisme, budaya organisasi yang peduli, dan penghargaan terhadap perilaku altruistik, dapat memperkuat nilai ini di kalangan perawat. Terakhir, refleksi dan evaluasi diri secara rutin, melalui jurnal pribadi atau supervisi klinis, dapat membantu perawat mengidentifikasi dan meningkatkan penerapan altruisme dalam praktik. Dengan menerapkan strategi-strategi tersebut, diharapkan nilai altruisme di kalangan perawat dapat ditingkatkan, yang pada akhirnya akan berdampak positif terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan kesejahteraan pasien terutama dalam pelayanan keperawatan profesional modern.

Kesimpulannya, altruisme merupakan landasan penting dalam pelayanan keperawatan modern yang sering didominasi oleh efisiensi dan teknologi. Dengan menekankan empati, perhatian, dan dedikasi, altruisme memberikan dimensi kemanusiaan yang tak tergantikan. Penerapannya tidak hanya memperkuat hubungan terapeutik antara perawat dan pasien tetapi juga meningkatkan kualitas pelayanan. Strategi seperti pendidikan altruisme, pengembangan self-compassion, lingkungan kerja yang mendukung, dan refleksi diri menjadi langkah konkret untuk mengintegrasikan nilai ini dalam praktik keperawatan. Altruisme yang dipadukan dengan profesionalisme menjadi kunci untuk membangun pelayanan keperawatan yang berkualitas, berpusat pada pasien, dan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA:

American Nurses Association (ANA). (2015). Code of Ethics for Nurses with Interpretive Statements. American Nurses Publishing.

Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2022). Kozier & Erb's fundamentals of nursing: concepts, process, and practice (Eleventh). Pearson Education.

Dewi, S. R., & Hidayati, F. (2015). Self-Compassion dan Altruisme pada Perawat Rawat Inap RSUD Kota Salatiga. Jurnal Empati, 4(1), 168-172.

Dewi, Y. R., Savira, S. I., Psi, S., & Cp, M. E. (2017). HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN ALTRUISME PADA ANGGOTA KOMUNITAS SAVE STREET CHILD SURABAYA. 04.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline