Filosofi Pendidikan Indonesia merupakan salah satu mata kuliah yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan mahasiswa dalam memaknai dan menghayati dasar-dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara sebagai sebuah filosofi pengembangan Pendidikan Nasional. Tujuan saya mengikuti mata kuliah ini yaitu untuk memahami arti dari pendidikan. Saya yakin, dengan mempelajari Mata Kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia saya dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga mereka bisa menjadi manusia seutuhnya hingga kelak menjadi manusia yang merdeka. Hal yang memotivasi saya untuk mengikuti Mata Kuliah Filosofi Pendidikan Nasional adalah sosok inspirator Ki Hadjar Dewantara yang memiliki prinsip "Ing Ngrasa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Krasa, Tut Wuri Handayani".
Pada tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah "Taman Siswa" bertempat di Yogyakarta. Sekolah tersebut dianggap sebagai gerbang emas untuk muncul jiwa kemerdekaan dan kebebasan. Beliau telah mengubah Sistem Pendidikan Kolonial menjadi Sistem Pendidikan Nasional. Berkat perjuangannya tersebut, Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai pahlawan bangsa yang berjasa di bidang pendidikan dan memiliki sebutan Bapak Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, untuk mengenang sosok yang sangat berjasa dalam dunia pendidikan Indonesia, tanggal lahir beliau ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional yaitu pada tanggal 2 Mei.
Pembelajaran yang dilaksanakan pada masa setelah kemerdekaan dapat dikatakan sudah memberikan kesempatan pada masyarakat untuk mengenyam pendidikan. Hal ini dapat kita lihat dari program yang memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan melalui program wajib belajar 12 tahun yang gratis. Tidak hanya itu, program yang sudah mulai berjalan saat yaitu Kurikulum Merdeka. Merdeka yang dimaksud adalah memberikan ruang pada peserta didik untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya melalui pembelajaran berdiferensiasi. Hal tersebut sesuai dengan program Merdeka Belajar yang mampu membangun suasana yang membahagiaan bagi peserta didik, guru, dan orang tua (Bahar & Sundi, 2020).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada masa setelah kemerdekaan berorientasi untuk mencerdaskan peserta didik sehingga mereka dapat berkembang sesuai dengan kodrat yang dimilikinya. Maka dari itu, perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam mentransformasikan pendidikan yang semula berorientasi pada materi beralih menjadi pendidikan yang mampu memanusiakan manusia. Bagi saya, peserta didik membutuhkan sosok pendidik yang mampu menuntun, melindungi, dan memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dan terhindar dari pengaruh yang kurang baik yang dapat menghambat bahkan melemahkan potensi yang dimilikinya.
Referensi:
Bahar, H. & Sundi, V. H. "Merdeka belajar untuk Kembalikan Pendidikan pada Khittahnya". Prosiding Samasta Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (hlm. 115-122). Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H