Lihat ke Halaman Asli

Firaya Efendi

Mahasiswa

Teruslah Mengeluh hingga Kamu Membaca Ini

Diperbarui: 6 Juni 2024   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

"Tak kenal maka tak sayang" 

Ungkapan di atas menjadi awalan saya untuk menuliskan kisah dari salah satu murid yang mengetuk hati saya untuk terus mengucapkan rasa syukur atas apa yang saya lalui selama hidup ini. Saya seorang mahasiswi Ilmu Sejarah yang gemar menulis sejak awal saya mendapatkan tugas sebagai seorang yang belajar sejarah. 

Pada semester kali ini, saya mencoba untuk keluar dari zona nyaman dengan mengikuti program Kampus Mengajar yang tentunya tidak semua mahasiswa bisa menikmati previllege ini. "Berat" adalah ungkapan yang tepat untuk mewakili perasaan saya selama bertugas di sekolah penugasan. Namun, lagi-lagi bersyukur menjadi keputusan tepat saat mengetahui kisah dari salah seorang siswi yang cukup mampu menampar saya. 

Kisah ini bermula dari kedekatan kami dengan salah satu siswi SMP yang berujung pada curahan hati lebih tepatnya kisah hidupnya yang diceritakan kepada kami. Dengan tujuan membagi keluh kesah, mengalirlah cerita yang membuat kami tidak percaya dengan apa yang telah dialami oleh siswa ini. 

Siswa yang selalu aktif saat kegiatan belajar berlangsung, ternyata memiliki keluarga yang kurang harmonis atau lebih tepatnya tidak harmonis dibalik keceriannya saat di sekolah. Tidak dianggap oleh ibu kandung hingga mendapatkan kekerasan secara verbal dan non verbal dari ibu tirinya adalah makanan sehari-hari yang dirasakannya selama bertahun-tahun. 

Tidak cukup penderitaan yang dirasakan di rumah, ia juga mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di sekolah. Karena memiliki warna kulit yang lebih gelap dari teman-temannya, ia seringkali dirundung oleh teman-teman sebaya bahkan oleh kakak kelasnya. Keaktifan ia saat di sekolah tidak membuat mereka berhenti untuk merundung siswi ini hanya karena warna kulitnya. Mendapat perlakuan tidak menyenangkan baik di rumah maupun di sekolah, tidak membuatnya patah semangat untuk menjalani hidup, karena ia percaya bahwa suatu saat nanti ia akan merasakan kebahagiaan apabila ia bisa sedikit saja untuk lebih bersabar. 

Dibalik sifat pantang menyerah yang menyimpan sejuta kepahitan hidup, ia tidak pernah menyerah dan selalu berusaha untuk menjadi yang lebih baik diantara teman-temannya. Apalagi sejak kedatangan mahasiswa Kampus Mengajar, ia mengaku senang karena bisa belajar dengan orang baru. Kami juga merasa sejak kedatangan kami di sekolah penugasan ini, siswi ini terlihat antusias dengan masuknya kami sekolah mereka. 

Oleh karena itu, ia menaruh kepercayaan kepada kami untuk menceritakan kisah pahit yang dialaminya. Mendengar kisah hidup dari siswi ini, menyadarkan saya bahwa bersyukur adalah langkah baik untuk memaknai hidup agar kita semakin baik kedepannya. Jika tidak mengikuti Kampus Mengajar ini, mungkin hingga saat ini saya sering mengeluh atas hidup yang saya jalani, padahal di luar sana masih banyak orang-orang yang bernasib tidak sebaik saya. Terima kasih Kampus Mengajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline