Pernah menonton anime One Piece di televisi? Atau inget anime Naruto, Dragon Ball, Doraemon, Kamen Rider yang dulu ditayangkan setiap hari minggu? Pastinya jika penggemar anime pernah menonton film tersebut, walaupun tidak menonton secara berkelanjutan dan mengikuti setiap episodenya namun setidaknya tahu anime.
Saat kita masih kecil tentunya kita pernah suka dengan tokoh tertentu dan membayangkan seandainya jadi tokoh yang kita sukai atau meperagakan gaya-gaya dari karakter dalam film atau anime tersebut. Malu atau gengsi mengakui pernah membayangkan hal tersebut? Tidah usah malu, karena sebenarnya ada loh orang-orang yang rela berdandan dan berkostum seperti tokoh-tokoh anime yang disukai. Kegiatan tersebut disebut Cosplay.
Cosplay kependekan dari costume playing, yaitu mengenakan kostum beserta riasan dan aksesoris yang sama dengan dikenakan tokoh-tokoh yang kita sukai dari anime, manga, film dan lain-lain. Singkatnya cosplay merupakan berkostum ala karakter yang kita sukai. Istilah orang yang bercosplay disebut sebagai cosplayer. Awalnya cosplay digunakan di Jepang untuk mempromosikan anime tapi sekarang tidak hanya untuk promosi, cosplay juga menjadi sebuah hobi bagi pencinta anime. Cosplay kini tidak hanya di Jepang saja, namun juga sudah tersebar ke seluruh penujur dunia salah satunya di Indonesia.
Di Indonesia sendiri, kebanyakan cosplayer bercosplay dari tokoh-tokoh anime atau game yang disukai. Mulai tokoh dari anime Naruto, One Piece, Gintama, Attack on Titan, atau bercosplay dari tokoh anime keluaran lama seperti Sailor Moon hingga keluaran anime terbaru. Biasanya orang bercosplay pada event-event Jepang yang diselenggarakan. Salah satu event Jepang yang diselenggarakan baru-baru ini adalah OKAERI 2015 yang bertempatkan di Yogyakarta.
Kegiatan Vokasi Mei Matsuri (OKAERI) 2015 adalah festival yang bertemakan kebudayaan Jepang, mulai dari cosplay, anime, lagu, makanan dan lain sebagainya. Kegiatan ini di adakan di Jogja Expo Center (JEC) pada tanggal 30-31 Mei 2015. Kegiatan ini juga mengadakan baik lomba akademik maupun lomba non-akademik yang bertemakan Jepang.
Mulai dari solo cosplay hingga grup cosplay dapat ditemukan dalam event-event Jepang seperti ini. Tentunya dalam event tersebut diselenggarakan perlombaan untuk bergaya atau menjadi karakter termirip dengan tokoh karakter yang dicosplay. Ada hadiah juga berupa trophy, sertifikat dan uang bagi sang juara dan pemenang terbaik. Jika ingin bercosplay tidak harus ikut perlombaan, ada loh orang-orang yang datang ke event tersebut bercosplay untuk bersenang-senang, sebagai hobi, memamerkan menjadi tokoh anime disukai, pingin eksis (karena biasanya dimintain foto bareng) atau sekedar memeriahkan event tersebut. Biasanya orang-orang ini dapat dikatakan sebagai street cosplay.
Alasanya apa sih tertarik bercosplay? Lola Zieta salah satu cosplayer berumur 20 tahun yang ditemui di event ini mengaku tertarik karena dari teman-temannya yang penyuka segala berbau Jepang yang salah satunya adalah bercosplay. Selain dari temen, Lola juga melihat dari bentuk seni dan karakter tokoh anime. Lola yang bercosplay menjadi tokoh Nico Yazawa dari anime Love Live berakting dan bergaya semirip mungkin dengan tokoh tersebut. Mulai dari make up, kostum, dan gaya tokoh yang berkarakter cute, Lola bercosplay dengan rasa percaya diri.
Tidak sedikit orang-orang yang bercosplay dijuluki seperti anak kecil oleh beberapa orang, namun sebenarnya cosplay tidak seperti dibayangkan oleh orang-orang awam. Perasaan Alya (20) saat bercosplay sebagai Yoshino dari anime Date A Live ini, sebagai pemula dalam dunia cosplay mengaku malu karena baru pertama kali ini ia bercosplay dalam event OKAERI, namun lama-kelamaan dia menjadi percaya diri dan mulai merasa senang karena banyak temannya.
Dalam bercosplay Alya mengaku tidak mudah dan susah, selain harus bisa berakting, berkostum dan make-up wajah semirip mungkin dengan tokoh yang disukai, tentunya dalam cosplay pelu mengeluarkan banyak pengorbanan dari segi waktu dan pastinya dari budget. Dalam bercosplay perlu membuat baju yang membutuhkan pengeluaran yang tidak sedikit, dari bahan kain yang sesuai atau warna yang sama dengan pakaian tokoh, make-up, aksesoris, wig, contact lens, armor atau senjata. Jika ditanya mengenai biaya, Alya bercosplay telah menghabiskan budget sebesar Rp. 600.000. Dilihat dari segi budget, dalam bercosplay harus siap-siap mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk hasil yang maksimal.
Tentunya tidak ada salahnya mencoba bercosplay selain ingin eksis, ternyata orang bercosplay juga sebagai salah satu bentuk hobi, dan mengembangkan karya diri dan kerpribadian. Yang tadinya meras malu, dengan bercosplay juga dapat melatih kepercayaan diri seseorang (karena berakting mirip karakter atau memperagakan gaya dan dilihat oleh banyak orang baik dipanggung maupun dijalan).
Masih bilang kalau cosplay seperti anak kecil setelah mengetahui pengorbanan dalam bercosplay? Tentunya kita perlu memandang dari segi cosplayer agar tidak memandang sebelah mata mengenai arti sebenarnya cosplay. Di Indonesia cosplay sudah mulai berkembang bersama event-event Jepang. Ditanya mengenai harapan cosplay di Indonesia, ingin cosplayer Indonesia tetap mengembangkan karya dan tentunya diapresiasi oleh pemerintah dan masyarakat. Cosplay tidak hanya untuk senang-senang namun juga merupakan sebagai sebuah karya seni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H