Lihat ke Halaman Asli

Diskusi Media Building bersama Naratama VOA

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Saat ini teknologi telah berkembang dan berubah menuju era digital. Dengan perkembangan media digital, kemajuan teknologi komunikasi dan informasi telah merubah gaya hidup serta mempengaruhi cara masyarakat memperoleh dan memanfaatkan informasi. Tentunya dalam perkembangannya terdapat pembentukan media sebagai sarana komunikasi yang baru.

Kuliah umum berupa diskusi dengan topik media building yang dilaksanakan pada 26 Mei 2015 di Universitas Atma Jaya Yogyakarta mengundang Naratama tergabung dalam VOA (Voice of America) untuk membahas media building masa kini. Diadakannya diskusi ini dikarenakan untuk melihat dan membahas masa transisi media televisi, melihat perkembangan pada teknologi media digital. Diskusi yang dilakukan via Skype ini menjadi salah satu contoh perkembangan teknologi media digital. Dengan media digital kegiatan mencari informasi semakin mudah didapatkan. Begitupula dengan kegiatan jurnalistik.

Berbicara perkembangan media televisi di Indonesia menjadiakan televisi sebagai salah satu media yang mempunyai kekuatan besar daan paling kuat pengaruhnya dalam pembentukan sikap dan kepribadian atau dalam membuat agenda setting bagi publik. Televisi menjadi barisan sebagai kekuatan bisnis di Indonesia. Namun walaupun menjadi media massa yang tidak bisa diragukan lagi dalam menggerakan publik, munculnya dan semakin berkembangnya media digital membuat publik menjadikan media digital sebagai alternatif lain dalam mencari informasi. Hal tersebut dikarenakan dalam akses media digital seperti internet mempunyai kapasitas kecepatan dan pencarian informasi lebih luas, dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, dan fitur-fitur yang hanya ada dalam media digital yang tidak bisa didapatkan dalam televisi. Dengan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh media digital membuat publik lebih memilih media digital dari pada menonton televisi. Salah satunya adalah akses berita atau peristiwa yang cepat, dibandingkan dengan akses berita di televisi melalui internet dapat diakses dengan cepat dan dilakukan dimana saja.

Melihat perkembangan media dapat diprediksi lima sampai sepuluh tahun kedepan terdapat penurunan rating televisi. Perkembangan media digital menjadi tantangan dunia pertelevisian untuk menjaga dan menarik perhatian publik agar tetap menonton televisi. Dalam diskusi media building sempat disinggung filosofi orang menonton TV atau acara TV. Terdapat tiga filosofi, yaitu:


  1. What do People need to watch?
  2. What do people want to watch?
  3. What do people want to see?

Melihat filosofi tersebut dapat dikatakan bahwa era pertelevisian sekarang perlu memperhatikan konten untuk memperoleh perhatian publik. Bisnis yang dilakukan untuk menarik perhatian publik bukan bisnis jaringan melainkan bisnis konten, sehingga stasiun siapa yang dapat memilki konten atau menguasai konten yang menarik sama dengan menguasai media. “Realitiy show is dying” kalimat yang dinyatakan Naratama ada benarnya melihat perkembangan media digital. Sebagai contoh media sosial seperti twitter, facebook, hangouts, skype, dll dapat menggatikan televisi sebagi media hiburan sekaligus media pencarian informasi. Dalam internet kita bisa mencari apa saja mulai dari video dapat mengakses youtube, mencari musik dapat mengakses soundclolud, atau portal berita dapat mengakses media berita online. Oleh karena itu untuk membuat konten agar menarik terdapat beberapa unsur yang perlu diperhatikan seperti:


  • Puching Line, yaitu membuat kata-kata atau line yang bersifat memukul atau menarik perhatian publik.
  • People need or want to see, dapat membedakan apa yang diinginkan publik dan apa yang publik harus lihat dalam konten yang disediakan.
  • Script, yaitu menulis atau membuat naskah menggunakan bahasa yang tidak kaku, dapat membuat naskah seperti mengobrol atau berkomunikasi dengan publik
  • Clift hanger, yaitu membuat sebuah adegan/ cuplikan/ potongan gambar yang menggantung penonton agar tidak pindah ke channel lain atau tetap menonton konten tersebut.
  • First 5-10 Seconds, digunakan sebagai penentu apakah konten tersebut akan tetap dilihat oleh publik atau tidak, sehingga pada lima hingga sepuluh detik pertama dapat digunakan untuk memuat sesuatu hal yang dapat menggugah emosi, motivasi, inspiring atau dapat bersifat entertaining.

Dengan perkembangan media digital juga membuat jurnalis menjadi Independen. Kegiatan jurnalis seperti pengambilan gambar, penulisan, editing, hingga publikasi dapat dilakukan sendiri. Sebagai contoh hasil jurnalis independen adalah video jurnalis. Video jurnalis sekarang menjadi sebuah profesi dikarenakan adanya media digital. Adanya teknologi informasi memudahkan dalam peliputan peristiwa, sebagai contoh meliput menggunakan handphone. Dengan adanya pekembangan media digital memudahkan segala hal, namun dalam pembentukan media juga perlu dilihat untuk mengantisipasi perkembangan media. Oleh karena itu diperlukan skill jurnalis yang multitalent untuk mengantisipasi perkembangan media yang semakin kompleks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline