Lihat ke Halaman Asli

Maafku untuk Bayu dan Cici

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayu dan Cici adalah dua orang siswa kelas X di salah satu sekolah unggulan di kota ini. Beberapa bulan lalu aku masuk ke sekolah mereka sebagai guru PPL yang di tugaskan oleh fakultas.

Bayu dan Cici beda kelas. Kelas mereka berjaran 3 ruangan kelas. Bayu adalah seorang ketua kelas. Memang sih dari 10 ketua kelas yang ada di kelas X, Bayu adalah ketu kelas yang paling beda. Bagiku, Bayu itu banyak bercandanya dari pada seriusnya. Suka cari perhatiaan. Suka usil juga waktu dikelas. But at least, Bayu cukup bertanggung jawab kok terhadap teman-temannya. Aku menyaksikan sendiri itu.

Cici. Sebenernya aku bukan termasuk guru yang mengajar dikelasnya. Hanya saja waktu pekan terakhirku bersama rekan PPL lainnya berada  di sekolah itu, aku sempat masuk ke kelasnya untuk mendokumentasikan kegiatan belajar mengajar. Dari situ aku bertemu Cici yang meminta sebagian file  dokumentasi itu.

Waktu berjalan begitu cepat. Sudah hampir 1 bulan aku meninggalkan sekolah mereka karena batas waktu yang diberikan oleh fakultas memang sudah berakhir. Tapi entah kenapa rasanya masih ada yang tertinggal di sekolah itu. Apa??? Dalam hati saya pun bertanya-tanya.

Yak, ternyata beberapa hari silam aku pernah berbuat salah kepada dua anak ini, Bayu dan Cici. Masalahnya beda. Waktunya pun juga beda. Tapi yang jelas rasa bersalah pada keduanya masih ada sampai sekarang. Karena jarak dan terlalu banyak kegiatan dari masing-masing kita, aku belum sempat meminta maaf pada mereka berdua.

Maka dari itu, lewat tulisan ini, dari lubuk hati yang paling dalam....

"Bayu, Cici, maafin ibu yahhh. Ini hanya salah faham dan salah komunikasi saja. Tapi memang, kesalahan sepenuhnya ada di ibu. Ibu minta maaf karena ibu pun kemarin itu juga masih belajar. Belajar untuk jadi guru yang baik. Yang butuh pendekatan ke muridnya, untuk mengetahui kondisi dan perasaan muridnya. Sehingga nantinya bisa maksimal belajarnya. Mungkin ini hanya masalah cara ibu saja yang salah. Sekali lagi, ibu sangat menyesal dengan kejadian ini. Maafin ibu yahhh :) "

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline