Lihat ke Halaman Asli

HAM (Hak Asasi Manusia atau Monster)?

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemikiran umat Islam abad ini telah terkontaminasi oleh gundik-gundik Barat yang tak tahu malu akan dirinya sebagai seorang insan. HAM (Hak Asasi Manusia) yang dijunjung tinggi oleh mereka dengan harap-harap cemas bisa memanusiakan manusia. Namun persepsi-persepsi mereka ternyata secara empirik, HAM  tak lain dan tak bukan adalah Hak Asasi Monster. Mengapa saya berani mengatakan seperti ini? Memang secara teoritis, HAM yang telah dideklarasikan oleh Amerika Serikat pada waktu kemerdekaannya memang ada. HAM di AS sendiri sebenarnya hasil inspirasi dari pernyataan seorang filsuf John Locke. Ia pernah mengatakan kepada masyarakat Yunani Kuno pada tahun 1690,”Asalnya merupakan campuran dimana sekolah-sekolah filsafat pada abad ke-18 sama-sama menjadikan tempat minum (rujukan)…. Dan ia adalah ibu kandung dari sekolah hak alami”. (Andrew Huriou, Al Qanun ad-Dusturi wa al-Muassasah as Siyassiyah,1/179, al-Ahliyyah li an-Nasyr wa at-Tawzi’, Beirut. 1974).

Pernyataan John Locke hanya dibatasi sekedar kekuasaan politik penguasa dan atas pengakuan atas hak-hak individu semata. Jadi bisa dilihat dari sini, dalam pengambilan hukumnya disesuaikan oleh hak-hak alami individu. Undang-undang yang dibuat pun disesuaikan oleh keadaan individu. Tentunya apa yang dipikirkan oleh manusia hanya bersifat terbatas meski yang memikirkan sebuah konsep ini adalah banyak orang. Hak asasi yang manusia buat ternyata malah menjadikan monster bagi manusia lainnya. Monster ini siap membunuh siapapun yang tidak sesuai dengan kehendak mereka.

Amerika yang mengaku menjadi negara yang paling toleran dalam berbagai aspek ternyata tidak seperti yang diimpikan. Amerika adalah negara pelanggar paling berat,“Meskipun mendapatkan intimidasi dari lusinan orang dari kelompok penentang yang juga menggelar demonstrasi di lokasi yang sama, Umat Islam tetap merasa berhak membangun masjid itu sebagaimana telah diatur dalam konstitusi Amerika Serikat. Sambil berorasi menyatakan dukungannya, umat Islam yang berdemo membawa spanduk yang sebagian besar bertuliskan, ''Katakan tidak untuk rasisme''. (republika.co.id) Belum lagi kasus-kasus HAM lainnya yang menjadi sorotan terbesar bagi Dunia Islam terhadap pelanggaran AS atas mereka.

HAM memang menjadi monster baru pada abad ini. Monster yang senantiasa menikam anak-anak kaum Muslim di seluruh dunia. Peradaban ini adalah peradaban yang hancur. Meski AS telah sukses menyebarkan pemikiran-pemikirannya di tengah-tengah kaum Muslim seputar HAM, namun HAM ini sendiri yang menjadi bumerang bagi kaum Muslim sendiri. Banyak sekali kasus-kasus yang multidimensi telah dirasakan oleh umat Islam seperti di Indonesia umat Islam ditindas hak-haknya terutama dalam menyampaikan aspirasi yang terkait pemikiran Islam sebut saja kasus UU APP, UU Cambuk bagi Penjudi, UU Nikah Siri dll.

Umat Islam bagai buih yang senantiasa ikut kemana saja arus. Perumpamaan ini sudah tak asing lagi bagi umat Islam sendiri. Jumlah umat Islam di seluruh dunia sangat banyak bahkan kabar terakhir dalam sebuah “Studi baru berdasarkan laporan berjudul "Mapping the Global Muslim Population", yang dilakukan Pew Forum on Religion & Public Life, saat ini ada sekitar 1,57 miliar orang Muslim di dunia. Jumlah itu merupakan 23 persen dari total penduduk dunia yang mencapai 6,8 miliar.” (sabili.co.id). Kedatangan HAM akan menjadikan monster dan terus memburu. Persoalan ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu, Islam sebenarnya telah melawan pemikiran HAM Barat yang berasaskan monster ini, dengan pemikiran HAM menurut Islam.

Islam berbicara HAM

Islam ternyata memiliki pandangan tentang HAM, HAM sendiri bertolak dari akidah yang telah diyakini oleh manusia dan nantinya menjadi sebuah konsekuensi baginya. Karena Allah Azza Wa Jalla telah menjadikan manusia sebagaikhalifahdi muka bumi yaitu memakmurkan dan mensejahterakan apa yang ada pada isi alam ini baik manusia, kehidupan maupun alam semesta. Manusialah yang menjadi pengatur dari semua ini. Oleh karena itu, Allah Azza Wa Jalla berfirman,”Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di muka bumi. (QS. Al An’am [6]:165). Islam memandang bahwa manusia adalah obyek penghormatan dari Allah SWT. Allah Swt menganugerahkan penghormatan itu dan memberikannya kepada manusia sebagai keutamaan yang berasal dari Allah Swt. Setiap manusia dengan sifatnya sebagai manusia, sama-sama mendapatkan penghormatan ini, meski berbeda kulit, suku, tempat tinggal maupun nasab keluarga. Begitu juga antara laki-laki dan perempuan yang memiliki derajat sama dihadapan Allah. Allah Swt berfirman,”Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan,”(QS. Al Israa [17]:70)

Islam telah menjelaskan bahwasanya tolok ukur kemuliaan hubungannya disandarkan pada akidah. Karena posisi mulia ditentukan oleh ketakwaan manusia dan penerimaannya terhadap petunjuk para Rasul danmanhajyang bersumber pada wahyu. Manusia memilih relasi akidah itu sesuai dengan kehendak dan kecenderungannya. Pemilihan yang dipaksakan dan mengikat bagi manusia, sehingga ia tidak bisa menghindarinya. Dari keyakinan inilah bertolak pemikiran-pemikiran dasar manusia dalam Islam. Hal ini menampakkan kepada kita bahwasannya adanya perbedaan antara pemikiran Barat dengan Islam dalam menjawab hak-hak dasar manusia. HAM menurut Barat telah menjadikan monster yang mengerikan, Untuk itu mari kita bersegera membuang ide-ide dasar ini dari pandangan kita sebelum mereka menerkam kita. Kita ganti dengan Islam karena mampu memuliakan manusia dan menjadi penyelamat bagi kita. Wallahu'alam bis Shawab. [Taufiq]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline