Yogyakarta kaya akan sejarah, tidak kekurangan cara menarik banyak wisatawan untuk berkunjung baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Salah satu cara menarik wisatawan untuk belajar sejarah dengan berkeliling Jogja yaitu dengan meluncurkan Bus Jogja Haritage Track (JHT). Bus Jogja Haritage Track merupakaan bus yang mengangkut wisatawan untuk menjelajahi sumbu filosofi yang dipandu oleh edukator dalam menjelaskan sejarah setiap tempatnya. Bus ini diluncurkan pertama kali pada bulan Maret 2022 dengan 2 buah unit yaitu bus keraton yang berwarna kuning dan bus malioboro yang berwarnaa merah dengan bentuk bus yang mini dengan 8 penumpang dan bergambar objek -- objek Heritage di Yogyakarta di bagian samping kanan kiri bis. Bus ini merupakan fasilitas untuk wisatawan dalam menelusuri tempat -- tempat bersejarah di Yoyakarta tanpa dipunut biaya sepeserpun (GRATIS).
Bus ini dikelola oleh Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofi (BPKSF) yang masih berada dilingkup Dinas Kebudayaan DIY dengan dana yang bersumber dari Dana Keistimewan. UNESCO juga telah menetapkan Sumbu Filosofi Yoyaakaarta ini sebagai warisan budaya pada tanggal 18 September 2023. Tujuan dioperasionalkan bus tersebut yaitu untuk memperkenalkan wisatawan tentang sumbu filosofi Jogja dan mengajak wisatawan mengenal sejarah Yogyakarta. Dengan fasilitas gratis ini penumpang bisa merasakan suasana private tour dengan dipandu langsung oleh edukator yang telah profesional.
Sejarah Sumbu Filosofi
Sumbu filosofi Yogyakarta merupakan perencanaan tata ruang yang memiliki makna yang merupakan warisan budaya.
Setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 M, Sultan Hamengku Buwana untuk sementara tinggal di Pesangrahan Ambarketawan sambil menunggu selesainya pembangunan keraton . Saat itu, struktur fisik Kesultanan Yogyakarta, khususnya pusat sipilnya, telah mencapai bentuk utuh. Komponen utama kota dan tata ruangnya berorientasi utara dan selatan, mengacu adanya kraton. Kraton memiliki luas kurang lebih 14.000 meter persegi dan dibangun di antara beberapa sungai: Sungai Code di sebelah timur dan Sungai Winongo di sebelah barat, dengan terluar yaitu Sungai Gajahwong (timur), Sungai Bedog (barat) , dan Sungai Opak (timur), Sungai Progo (barat).
Komponen utama kota tua adalah kraton yang dikelilingi Benteng Cepuri dan baluwarti, Alun-Alun Utara dan Alun-Alun Selatan, Masjid Gedhe, Pasar (Beringharjo), Pesangrahan, Tugu (Pal Putih) dan panggung Krapyak (bagian dari jalur poros). Dengan batas fisik bagi keraton adalahsungai, benteng dan jagang.
Letak tata ruang Filosofi Kota Yogyakarta, terletak di dekat pusat kota Yogyakarta termasuk dua KCB (kawasan cagar budaya) dan (Kraton dan Malioboro) yang terletak di Kecamatan Gedontengen Ngampilan, Danurejan, Jetis, Kraton, Gondmanan, dengan kawasan seluas kurang lebih 997,543 hektar, yang dikembangkan sebagai kawasan perdagangan, dan pariwisata dengan tugu jogja dan panggung krapyak bagian dari sumbu dari pengembangan kawaan tersebut.
Pola penataan ruang kota Yogyakarta diciptakan oleh Pangeran Mangkubumi ( Sultan HB I ) seorang arsitek yang sangat berbakat yang dengan cerdik merancang dan menata dengan mempunyai makna dan filosofi yang mendalam menjadi prioritas yaang sangat penting di kawasan tersebut untuk tetap dipertahankan dengan pola yang berpusat pada Kraton Yogyakarta dengan dua titik sebagai penghubung yang berada di utara dan selatan dengan alasan inilah Sumbu Filosofi ini tercipta.
Rute Jogja Heritage