Lihat ke Halaman Asli

Fiqih P

Semarakkan literasi negeri

Cerpen | Beranda Tanpa Atap

Diperbarui: 24 Desember 2017   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi beranda: casaroyal.co.id

Pada langit yang terang, beranda itu panas. Telapak kaki serasa melepuh  saat berdiri lama di terik. Pada langit yang gelap, beranda itu dingin. Duduk di keramik tanpa alas. Pada turunnya hujan, waspada melewati beranda, karena licin.

Marsha mengatakan, Vino tak boleh masuk ke rumahnya. Orang tua Marsha tak menyetujui hubungan Vino. Namun, Marsha anak yang keras. Meski ditolak kedua orangtuanya, ia tetap menyuruh Vino datang ke rumah.

Benar saja, malam itu hujan turun, begitu Vino dan Marsha sampai di rumah setelah memarkirkan sepedamotor butut milik Vino. Beranda tanpa atap tentu tak melindungi mereka. Di tengah hujan itu, mereka berdiri. Kedua orangtua Marsha membalas keras kepala Marsha. Tetap tak mengizinkan masuk ke rumah.

"Kau tahu sayang, jika aku mendapatkan pekerjaan yang layak nanti, gaji pertamaku akan kugunakan untuk membangun atap beranda ini sayang," kata Vino pada Marsha.

"Oh, sayang. Kau fikir dengan pemberianmu itu akan meluluhkan hati kedua orangtuaku. Jangan berharap sayang," jawab Marsha sambil tersenyum. Kini mereka saling berpelukan. Hujan tak memberi ampun membasahi mereka luar dan dalam.

***

-Tiga bulan kemudian-

Vino berhasil mendapatkan pekerjaan yang layak. Kini dia telah mendapatkan gaji pertamanya yang lumayan besar.

"Sayang, aku menepati janjiku. Aku akan membangun atap beranda ini," kata Vino sambil mengarahkan tukang untuk membangun atap di beranda itu.

Namun, Marsha menangis tertunduk lesu. Mengingat kedua orang tuanya tewas saat berdiri di beranda pada dini hari usai Vino dan Marsha kehujanan. Mereka tewas setelah kepala mereka dihujam batu yang besarnya 10 kali lipat dari bakpau. Hingga kini penghujam batu tak ditemukan.

"Orang tuaku tak bisa melihat yang kau bangun ini sayang," ucap Marsha sedih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline