Lihat ke Halaman Asli

Cinta yang Sporadis

Diperbarui: 28 September 2016   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

INI sungguh aneh.  Aku merasakan cinta yang berbeda. Kadang ada kadang tiada.  Kemarin kau memberikan cinta yang begitu dahsyat padaku. Kau membelaiku penuh kelembutan. Kau melayaniku bak akulah pemaisuri.

Padahal dua hari lalu sepulang kerja kau menggamparku di depan anak-anak.  Tak mengertti apa maksudmu. Kau masuk, marah-marah dan langsung aku jadi korban. Aku pun hanya bisa berlalu dari hadapanmu. Menangis menimpakan wajah pada bantal.

Tapi seminggu lalu kau memberiku kalung. Aku sangat gembira, setelah sehari sebelumnya kau kedapatan menghubungi Dewi, berbisik tapi aku mendengar di balik pintu. Aku marah, namun amarahmu lebih tinggi. Aku hanya bisa menangis.

Kemudian,  setelah itu kau mengeluarkan rayuan-rayuanmu dan menghapus kontak Dewi serta keesokan harinya mengubah nomor handphone. Katamu, cintaku lebih berharga dari apapun. Aku tak tahu apakah kau masih berhubungan dengannya atau tidak.

Pernah dalam seminggu pada bulan lalu kita bersenggama. Hanya itu saja,  kulihat kau sangat menikmatinya. Begitu juga aku. Kau  berikan segalanya malam itu dalam desahan nafas dan kehangatan. Kau memuji-mujiku.

“Kau begitu cantik istriku. Aku begitu  mencintaimu. Tak ada yang lain di hatiku dan Hanya kaulah selama-lamanya,” katamu kala itu.

Aku melayang dengan kata-katamu disaat hanya selimut yang membungkus tubuh kita. Pandangamu benar-benar menunjukkan ketulusan akan cinta. Cinta yang kukenal sejak lima tahun lalu. Cinta yang terus stabil dua tahun setelahnya. Namun, tiga tahun belakangan ini cintamu sporadis.

Aku tak mengerti, kadang ketika tamu bulanan datang di saat itu kau marah, menunjukkan kesalmu dan seperti ada hasrat yang tak tersalurkan. Namun saat aku bebas dari tamu, kau malah tak memanfaatkan masa-masa itu.

Di depan teman-teman  kerjamu aku seperti mendapatkan kasih sayang yang berlebih. Kau selalu bersikap baik di depan teman-temanmu dan teman-temanku.

“Jeng, suamimu romantis banget,” kata Istri Wahyu teman sekantormu.

“Ah, kalau Wahyu mana mungkin ambilkan minum buat saya, pas lagi acara beginian,” Istri wahyu menambahkan saat itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline