Lihat ke Halaman Asli

[Rose RTC] Tahun Tanpa September

Diperbarui: 16 September 2016   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Logo RTC"][/caption]HUJAN menyisakan tetes air pada bougenvile yang memadu merah hijau. Matahari kembali datang menghangatkan. Menyinari tetesan air yang memancar titik-titik kesilauan.

Sepasang suami istri mengeringkan diri dari kebasahan yang disengaja. Tadi mereka berdua sangat menikmati derasnya hujan. Cuaca dingin menghangatkan cinta mereka.

Hujan barulah turun dalam lima hari terakhir di penghujung Agustus. Mereka berdua orang yang paling bersyukur akan hujan itu.

Sandang mereka biarkan tetap basah. Jangan cepat mengering. Itulah keinginan aneh. Usai hujan mereka pun duduk di sebuah ayunan yang masih saja basah.

"Ingatkah dik, saat pacaran kita disini, kala payung terhempas kita biarkan tubuh kita basah kuyup, sama seperti sekarang," kata suami pada istrinya yang sedang menidurkan kepalanya di atas bahu suami.

"Iya bang. Indah, siapa sangka hidup kita bisa setragis ini bang," istri menjawab sembari menyelipkan tangannya di antara tangan suaminya.

"Kita harus mensyukuri kehidupan ini dik. Setidaknya kita telah mempersiapkan amal salih semampu kita."

Si istri tersenyum mendengar perkataan sang suami.

"Jujur bang, aku tak mau melihat kau pergi duluan. Aku tak akan sanggup," istri mengeluh sedih.

"Aku juga tak akan sanggup dik, aku berharap kita pergi bersama."

Pakaian mereka kini mulai mengering. Pengunjung taman mulai berdatangan. Sebaliknya, sepasang kekasih itu beranjak pergi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline