Lihat ke Halaman Asli

Fiqih DarlieM

Freelance

Rasa Putus Asa Masyarakat Ditengah Gagasan Perubahan dan Keberlanjutan

Diperbarui: 8 Februari 2024   14:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Awal tahun 2024 menjadi momentum penting dalam politik indonesia, dengan gemerlap kampanye yang menjadi pusat perhatian di berbagai kalangan masyarakat, dari masyarakat pedesaan, perkotaan hingga sorotan dunia. Masa kampanye ini telah menjadi sorotan utama, mempertegas dinamika politik yang berkembang dan mencerminkan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang sedang terjadi.

Beragam isu menjadi fokus utama dalam kampanye, mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat di berbagai daerah. Beberapa isu yang mendominasi pembicaraan seperti ekonomi, ketimpangan sosial, dan isu kesehatan.

Pembahasan permasalahan isu tersebut menjadi hangat dan dijadikan strategi kampanye pemilu. Namun, fakta yang terjadi ditengah isu tersebut banyak lapisan masyarakat yang merasakan rasa putus asa. Meskipun masing-masing calon ini menjanjikan perubahan ataupun keberlanjutan solusi atas berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat, banyak individu yang merasa cemas, frustrasi, dan putus asa karena berbagai alasan.

Rasa ketidakpercayaan terhadap politik dan pemimpin salah satu faktor utama yang menyebabkan rasa putus asa di kalangan masyarakat adalah ketidakpercayaan terhadap politik dan pemimpin. 

Banyak orang merasa bahwa politisi hanya mengejar kepentingan pribadi atau golongan tertentu, dan tidak benar-benar memperhatikan kebutuhan dan aspirasi rakyat. Janji-janji kampanye seringkali dianggap sebagai sekadar retorika kosong yang tidak diwujudkan dalam tindakan nyata setelah pemilihan.

Tantangan sosial dan ekonomi yang terus tinggi membebani masalah-masalah sosial dan ekonomi yang kompleks juga berkontribusi pada rasa putus asa di kalangan masyarakat. Ketimpangan ekonomi, pengangguran, kesenjangan sosial, dan ketidakadilan sistem menciptakan ketidakpastian dan kecemasan tentang masa depan. 

Bagi mereka yang berjuang untuk bertahan hidup atau merasa terpinggirkan oleh sistem, proses politik yang terkadang jauh dari realitas kehidupan sehari-hari mereka hanya menambahkan beban emosional.

Rasa putus asa ekonomi yang terutama memiliki dampak yang luas pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Ini bisa mengarah pada peningkatan stres, kecemasan, dan depresi. 

Selain itu, bisa juga meningkatkan tingkat ketegangan sosial dan ketidakstabilan politik, karena masyarakat menjadi lebih rentan terhadap narasi ekstrem atau penyalahgunaan politik.

Di tengah kondisi ekonomi yang sulit, banyak individu yang merasa terjepit oleh beban finansial yang berat, hingga pada akhirnya merasa putus asa dan mengambil langkah ekstrim seperti tergiur pinjaman online dengan bunga yang tidak wajar, melakukan tindakan kriminal hingga sampai melakukan bunuh diri akibat dari rasa putus asa yang di alami. 

Diambil dari Databooks yang berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari hingga 18 Oktober 2023. Angka itu sudah melampaui kasus bunuh diri sepanjang tahun 2022 yang jumlahnya 900 kasus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline