Lihat ke Halaman Asli

Fiqih DarlieM

Freelance

Indonesia Krisis Regenerasi Anak Muda Bertani, Kenapa?

Diperbarui: 16 Agustus 2023   19:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.google.com

Bertani, bagi anak muda Indonesia, bukan lagi pekerjaan yang menjanjikan masa depan. Buktinya, jumlah petani berusia muda terus merosot.

Dengan julukan sebagai negara agraris, sektor pertanian menjadi hal yang sangat penting untuk dipenuhi, tidak hanya sekedar pemenuhan berbagai komoditasnya saja namun juga orang-orang di baliknya termasuk regenerasi petani muda.

Petani menjadi profesi yang kurang diminati anak muda di Indonesia. Hal ini terlihat dari kurangnya regenerasi petani. Presiden Jokowi mengatakan 71 persen petani Indonesia berusia di atas 45 tahun, sementara yang di bawah 45 tahun hanya 29 persen. Memang, ada kecenderungan jumlah petani usia produktif semakin menurun.

Pada sensus pertanian tahun 2013, jumlah rumah tangga petani di Indonesia masih 31,17 juta. Sepuluh tahun kemudian, jumlahnya tinggal 26,13 juta. Terjadi penurunan sebanyak 5,04 juta jumah tangga petani dalam kurun waktu sepuluh tahun. Jika terus menyusut dari tahun ke tahun, tentu ini akan mengancam regenerasi petani di masa mendatang dan menjadi keprihatinan bersama karena Indonesia akan kekurangan tenaga ahli di bidang yang memang menjadi sumber kekayaan negara ini.

Bertani memang tak dianggap menjadi pekerjaan yang bisa menjamin finansial di tengah kenaikan biaya kebutuhan hidup, terlebih lagi untuk investasi di masa depan, cicilan rumah, biaya kuliah, hingga pensiun. Tidak sedikit anak muda yang kurang tertarik untuk terjun langsung ke profesi petani karena anggapan bahwa pendapatan seorang petani tidak memiliki pendapatan tetap yang tinggi layaknya seorang pekerja kantoran atau pegawai negeri. Berikut ini hal yang menyebabkan krisis regenerasi petani indonesia.

Adanya prestise sosial

Bisa dibilang prestise sosial adalah suatu status sosial yang berkaitan dengan kehormatan atau kedudukan seseorang dalam kehidupannya, yang mana orang tersebut memiliki unsur kategori yang lebih tinggi daripada lingkungan sekitarnya. Jika dikaitkan dengan apa yang ada di pikiran anak muda, petani dianggap kurang memiliki prestise sosial yang tinggi, lingkungan kerja yang kotor, dan pekerjaan petani muda dianggap tidak bergengsi di antara pekerjaan lain seperti karyawan kantoran.

Belum lagi anggapan kalau bertani kurang memberikan imbalan atau hasil yang memadai karena banyaknya penjualan hasil pertanian yang rendah dan kurang masuk akal sehingga menjadikan mereka tidak bersemangat untuk mulai bertani.

Risiko dan Harga Rendah

Seperti halnya berbagai pekerjaan lain, pertanian juga memiliki risiko yang cukup tinggi, baik risiko yang berasal dari alam, risiko harga bahan baku dan hasil, serta risiko lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline