Rasa ini kembali lagi
Rasa terluka karena diri
Tersakiti oleh bayang yang amat keji
Selalu mengajak kepada kenistaan
Lagi, lagi, dan lagi...
Penyesalan selalu datang menghantui
Penuh rasa linglung dan cemas
Bagai anak ayam kehilangan induknya
Bagai daun pisah dari rantingnya
Layu dan kering
Jatuh lalu bangun lagi,
Demi ketenangan haqiqi
Ku coba memautkan hati
Mematri diri pada entitas yang baka
Mengais Maghfirah dari nya
Rindu pada diri yang dulu,
Di saat para insan terlelap
Ku gelar sorban putih
Berdiri bertumpu pada kedua kaki
Mengisi kealpaan
Mengharapkan sebuah jalan kehidupan
Keluar dari kegelapan
Menuju keharibaan Nya
Ku bertanya-bertanya sendiri
Dapatkah aku di sebut hamba Nya???
Bukan kah hamba selalu melakukan apa yang di sukai majikan nya
Sedang diri ini???
Kalam Mu saja
Terasa asing di hati
Nafsu yang selalu menguasai
Menuruti kemauan diri
Dalam jiwa yang meronta
Sering terjerumus dalam dosa
Kian lama makin gelap tanpa cahaya
Semakin jauh dari yang maha kuasa
Bagai laron terbang tak tau tujuan
Entah sampai kapan diri ini sadar
Sadar akan maut tak segan-segan menjemput kapan saja
Bekal kini tak siap untuk bertemu dengan Nya
Ya Allah diri ini selalu berusaha dan berdoa:
"Ihdinash shirootol Mustaqiim".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H