Lihat ke Halaman Asli

Karena Kikil

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ramadhon adalah bulan suci ,bulan yang penuh rahmat dan ampunan ,

sehingga didalam bulan tersebut semua umat muslim dianjurkan memperbanyak ibadah lebih-lebih anjuran untuk puasa bagi yang mampu.

Menahan diri dari makan,minum,serta mencegah dari perbuatan keji dari mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

Tetapi anehnya dibulan ini masih banyak yang tidak melakukan puasa,bukan alasan sakit,bepergian,ataupun usia sudah renta,tetapi karena kikil saja.

Jadi ingat pas aku dan teman-temanku jalan-jalan. Disekitar desaku masih banyak warung yang membuka lowongannya,khususnya diwarung kikil.

Berbondong-bondong para pembeli ingin menikmatinya,padahal mereka tahu tentang puasa dan dosa bagi yang tidak mengerjakannya.

Alangkah lucunya saat aku dan teman-teman mengamati tentang pembeli tersebut,ternyata mayoritas mereka sering mengikuti pengajian-pengajian,bahkah mereka juga anggota masjid sejati.Bukan hanya itu saja penjualpun tergolong muslim sejati.

Tetapi dengan seenaknya mereka menodai bulan tersebut dengan kikilnya,yang mengundang banyak orang.sehingga antrian di siang bolongpun mereka layani.

“kikil”memang indah namanya pabila disebutkan saat kita menjalani puasa pastinya ada respon dari perut kita berupa bunyi-bunyi indah .sehingga mengundang fikiran kita untuk selalu ingin menikmatinya.

Kuah yang hanya terdiri dari babat,lemak kambing,tulang-tulang kecilnya itu bisa menjadikan beku lidah kita jika sudah menyantapnya.

Apalagi bagi orang yang puasa,jika mereka mampu menahan godaan tentang lazatnya makanan itu dan sabar dalam puasanya,maka pahala berlipat ganda baginya,Tetapi apabila dia tidak mampu mebisikkan kata-kata indah kepada perutnya,kemungkinan besar dia akan terjerumus kepada kelezatannya.(TELKOMSEL ROMADHONKU)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline