Lihat ke Halaman Asli

Manusia Sebagai Perenung

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Manusia tercipta dari segumpal darah ,yang berawal dari air menjijikkan tiada harga.Tapi anehnya,setelah wujud manusia mereka tidak menyadari awal kejadianya.

Manusia adalah makhluq yang dilengkapi dengan akal,perasaan juga nafsu,sehingga baik buruknya manusia di tangan manusia itu sendiri.

Banyak yang mengatakan bahwa kita hidup karena takdir,jika dulunya kita ditakdirkan baik,maka didunia selamanya akan baik. Tetapi jikalau dulunya kita menandatangani kontrak jelek maka selamanya kita akan hidup dalam kejelekan.

Andai saja kenyataan itu yang dibuat landasan semua orang,maka tidaklah salah jika banyak pengangguran di sekitar kita,sebab dulunya mereka menandatangani kontrak pengangguran seumur hidup.

Trus apa salah jika kita mencoba menjadi lebih baik dari pada taqdir tersebut,,? Tentunya tidak.Karena didunia ini kita dijadikan sebagai kholifah.

Coba sejenak kita renungkan,,,,jikalau pemimpinnya saja pengangguran, pemalas,maka akan jadi apa dunia ini,,,,,??

Manusia diberi akal tak lain untuk berfikir.Dan bagi kita memikirkan sesuatu itu wajib,baik tentang takdir kita sebagai manusia yang dibilang sempurna atau tidak,atau memikirkan tentang kemana kita mengarahkan generasi untuk memimpin dunia ini nanti.

Dalam Al-qur’an sudah dijelaskan bahwa dengan mengingat ALLAH hati kita akan tenang.Tetapi terkadang kita masih bingung dengan makna kata tersebut.

M ereka sering memaknai kata-kata itu hanya sekilas.Bahwa mengingat ALLAH berarti hanya mengingat tulisan atau merenungi kataNya saja.Padahal yang di maksud di sini adalah mengingat dengan keagungan dan kekuasaanNya.

ALLAH memberi kita akal untuk memikirkan semua yang ada di alam semesta ini,baik berupa harta,kekuasaan,juga alam.Bukan untuk menuruti hawa nafsu belaka.

Manusia itu bersifat social sehingga tak mampu hidup sendiri.Untuk dapat hidup bersama yang lainnya kita diharuskan menggunakan akal yang kita miliki ini.

Sedangkan untuk masalah baik buruknya kita sudah dijelaskan di al-qur’an yang artinya:SESUNGGUHNY AKU(ALLAH)TIDAK AKAN MERUBAH SUATU KAUM SEHINGGA MEREKA MERUBAH DIRINYA SENDIRI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline