Lihat ke Halaman Asli

Indahnya Berbagi Sekalipun Sekedar Masker

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13923950151349043669


Seperti  biasa tadi pagi saya bangun  jam 4.30 dan dilanjutkan sholat subuh….selanjutnya saya tidur lagi..hhmm kebiasaan yang sebetulnya kurang baik. Kemudian jam 7.00 pagi tadi aku kembali terbangun dan terkejut karena hari seolah masih gelap…”Ah..jam dinding itu ngacau” pikirku. Aku coba cek jam di hape yang ternyata  juga tepat jam 7 pagi, tapi mengapa hari masih terasa gelap?  Setelah aku tengok jendela, terjawablah rasa penasaran itu, “Hujan Abu…!!”.

[caption id="attachment_295509" align="alignnone" width="564" caption="sumber: dok pribadi"]

1392394842270533322

[/caption]

Erupsi Gunung Kelud di Malang itu sungguh dahsyat, sekalipun berjarak kurang lebih 210 km dari rumahku hujan abu itu betul-betul tebal, bahkan lebih tebal dari Erupsi Merapi yang terjadi  tahun 2010 yang lalu. Daun-daun tanaman disekitar rumah hampir semua berubah  warna menjadi abu-abu, pun demikian dengan genting rumah dan jalan-jalan di kampung. Saya iseng-iseng coba ukur seberapa tebal  abu tersebut menyelimuti  jalan setapak di muka rumahku…woow  1 cm lebih. Abu ini jelas lebih tebal dari Erupsi Merapi yang lalu padahal merapi hanya 30 km dari tenpat  tinggalku. Artinya? Letusan Gunung Kelud amatlah dahsyat. Saya tidak bisa membayangkan  bagaimana nasib saudara-saudata kita yang  tinggal di sekitar Gunung Kelud, semoga saudara-saudara kita yang tingggal di Kediri,  Blitar dan Malang tidak ada korban jiwa akibat erups i ini. Amien.

[caption id="attachment_295510" align="alignnone" width="605" caption="sumber: dok.pribadi"]

13923950151349043669

[/caption]

Aku mulai malas beraktifitas mengingat hujan abu yang juga tidak kujung reda, namun SMS dan bunyi telepon itu merubah persepsiku. “ Ayo kita bekerja sebagai relawan” demikian suara Mas Slamet di ujung telepon sana. Mas Slamet adalah Koordinator Relawan di Omah Paseduluran, sebuah organisasi sosial yang peduli terhadap persoalan tanggap bencana. “ Banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan masker sekarang, padahal persediaan di Apotik terbatas” lanjutnya.

“Siap “ jawabku. “ Kita barusaha memperoleh donasi  4500 buah masker  untuk dibagikan kepada warga  Yogyakarta” tegas Mas Slamet berusaha menyakinkan.

Perjalananku menuju kantor sungguh merupakan perjuangan, jalan acapkali tertutup debu yang beterbangan tersapu mobil yang melintas berlainan arah. Adakalanya saya juga berhenti  karena arah jalan betul betul tidak terlihat. Lampu tanda bahaya terus dinyalakan sebagai pengaman di  jalan. Sesampai  di kantor sudah banyak teman lain berkumpul. Kita dibagi menjadi 2 tim dengan mobil yang berbeda-beda. Satu tim menelusuri keramaian Kota Jogja yang saat itu cenderung sepi dan diteruskan menelusuri di daerah Sleman.  Tim lain yang dipimpin mas Slamet menelusuri Bantul Kota , dan menelusuri jalan-jalan pedesaan di Sewon, Jetis, Imogiri, Pandak dan Srandakan.

[caption id="attachment_295512" align="alignnone" width="551" caption="sumber : dok pribadi"]

1392395140573318111

[/caption]

Pekerjaan ini  awalnya sangat membosankan, mata kadang perih terkena debu, rambut jadi  kusut, pun demikian dengan pakaian yang  tampak kumal dan lusuh  terkena debu. Setelah jam 15 kerjaan baru terasa asyiik… hampir semua masyarakat di Bantul keluar rumah bekerja bakti, mereka menyiram halaman, trotoar bahkan jalan-jalan raya yang berdebu tebal.

Mobil kami terus bergerak dari satu tempat ke tempat lain…kami selalu berhenti  jika ada kerumunan orang yang berkerja bakti, kami bagikan masker..mereka mendekat dan tersenyum bahagia ….”jangan berebut dan jangan kuatir saudaraku masker ini masih cukup untuk kita semua” pikirku. Lumayan capek namun senang ikut berbagi .




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline