Jadi, jangan sampai lah kita jadi kaum urban yang cepat beruban gara-gara stres karena masalah keuangan atau akhirnya malah jadi kaum beruban di saat usur yang hidupnya susah!
Akhir-akhir ini kata urban begitu populer usai momen besar Libur Idul Fitri 2017. Kata urban menjadi populer ketika di korelasikan dengan ritual tahunan yang bernama urbanisasi. Bukan rahasia lagi, usai Lebaran, kota-kota besar di Indonesia dibajiri para pencari kerja yang ingin mengadu nasib di kota. Sejak masuk kota ini lah mereka lantas mulai menyandang judlukan kaum urban.
Kata urban sendiri sebagai kata benda berarti orang yang pindah dari desa ke kota dan sebagai kata sifat berkenaan dengan kota atau bersifat kekotaan. Secara kasat mata mereka disebut kaum urban karena mereka secara geografis tinggal di kawasan perkotaan (urban).
Adapun kawasan perkotaan yang besar dengan jumlah penduduk di atas satu juta orang dan berdekatan dengan kota satelit disebut sebagai metropolitan. Mereka ini juga kaum urban.
Nah, kalau berhasil mendapatkan pekerjaan, kaum urban ini lambat-laun akan terpengaruh oleh gaya hidup kekinian ala kota mulai dari cara bicara, penampilan dan kebiasaan.
Tak sekadar yang sifatnya tampak luaran, lambat-laun bisa saja menjadi hedonis dan konsumeris. Seiring dengan perkembangan teknologi dan internet, gaya hidup hedonis dan konsumeris menjadi tantangan tersendiri bagi kaum urban.
Hiburan pun identik dekat dengan pusat-pusat perbelanjaan, restoran, caf, tempat karaoke hingga club-club malam yang menyuguhkan kesenangan untuk kaum urban. Lebih parah lagi, jika semua ini dilakukan hanya karena ikut-ikutan demi menjaga gengsi.
Kenyataan tak terbantahkan, jika sifat hedon dan konsumeris tidak terkendali, masa depan pun menjadi taruhannya. Di saat beruban alias sudah usur, bisa-bisa hidupnya justru susah karena di saat muda foya-foya. Tak terhitung lagi jumlah orang yang di masa mudanya kaya, ternyata di masa tuanya hidupnya susah. Ternyata, di masa mudanya ia foya-foya dan tidak memiliki pengelolaan uang yang baik.
Uban tumbuh pada usia tua (di atas 40 tahun) memang wajar karena pigmen rambut berhenti memproduksi warna. Tapi kalau saat masih muda? Capek deh! Nyatanya uban bisa tumbuh lebih cepat untuk mereka yang gampang stres karena masalah ekonomi, terutama masalah keuangan alias di luar faktor keturunan.
Stres mempengaruhi aktivitas hormon dan meningkatkan autoimun yang berakibat uban datang lebih awal. Di Indonesia sendiri angka stres cukup tinggi. Di awal terjadinya krisis ekonomi moneter (1998), Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang berpusat di Hongkong mencatat: tingkat stres orang Vietnam 8,5; Korea Selatan 8,2; Thailand 7,8; Indonesia, Cina, Hongkong, Jepang, Filipina dan Singapura 6,7; Malaysia 5,6; Taiwan 5,5.
Meskipun masih berusia terlalu muda, dan belum tergolong tua renta, seringkali seseorang mendapatkan dirinya telah memiliki sejumlah rambut memutih di kepala. Kurang pede kita karena perubahan warna dari pigmen rambut yang dikenal sebagai melanin itu.