Masyarakat sekarang sudah canggih dalam menggunakan media sosial. Tulisan yang di muat oleh blogger Indonesia menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang berada di posisi ke 5 dalam menggunakan sosial media dengan 19,5 juta pengguna. Dalam tulisan tersebut juga menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan pengguna twitter yang memiliki tingkat keaktifan lebih tinggi dari rata-rata pengguna lain nya di dunia.
Dilansir dari Abdur Rosyid’s Blog, salah satu alasan masyarakat lebih memilih twitter yaitu ada hashtag dan trending topic untuk menandai topic tertentu dalam pembicaraan twitter.
Dengan adanya hashtag dan trending topic tersebut, masyarakat mulai berkomentar tentang problem kondisi negara Indonesia di twitter. Beberapa waktu lalu banyak masyarakat, khusus nya pengguna twitter banyak berkicau tentang dollar yang semakin naik hingga mencapai angka yang cukup tinggi. Dengan twitter banyak pengguna yang member hashtag negative tentang jokowi, salah satunya “#jokowiturundolarturun”. Dari hanya beberapa orang, menjadi tak terhitung jumlahnya, hingga hashtag tersebut berada di peringkat nomor 2 teratas. Selang beberapa waktu hashtag ini menghilang alias sudah dihapus. Menurut berita yang beredar, hashtag ini di hapus oleh anti demokrtis jokowi dan netizen menggangap pemerintahan jokowi mulai panik (www.razhack.xyz/politik/hashtag-jokowi-mulai-panik.html)
Berdampingan dengan persoalan tersebut, Teori the spiral of silence (spiral keheningan) yang dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976) menjelaskan bahwa, teori ini berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.( http://reniekurniati.blogspot.co.id/2010/11/macam-macam-teori-komunikasi.html ).
Jadi, menurut kasus tersebut, twitter bisa di sebut sebagai "pendapat umum" dikarenakan semua pengguna twitter mempunyai hak nya masing-masing dalam mengelola akun. namun, twitter juga bisa disebut sebagai "provokator" karena pangguna twitter mengajak pengguna twitter lain untuk melakukan hal yang serupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H