Beberapa hari yang lalu teman ibu saya datang ke rumah, mereka membicarakan banyak hal seperti ibu-ibu pada umumnya. Kamar saya yang bersebelahan dengan ruang tamu membuat semua yang mereka bicarakan terdengar dengan sangat jelas. Teman ibu saya bercerita bahwa sudah tiga hari berturut-turut menerima paket atas nama beliau dengan alamat dan nomer telepon miliknya.
Teman ibu saya merasa tidak pernah memesan apa pun, tapi dalam benaknya barangkali anak-anak yang memesan dan mengutak-atik hp miliknya sehingga barang itu terpesan dan dikirimkan ke alamat beliau, sehingga beliau terpaksa membayar paket tersebut. Beberapa hari berselang barang ke dua dan ke tiga datang lagi dan beliau akhirnya tidak mau membayar karena merasa tidak pernah melakukan pemesanan apa pun begitu pun setelah konfirmasi ke anak-anak beliau.
Lalu kemarin teman dekat saya bercerita baru saja menerima paket yang salah, tapi nama dan alamat serta nomor hp yang tertera pada alamat tujuan atas namanya.
Teman saya kebingungan karena merasa tidak pernah memesan apa pun, dalam hatinya sudah berbunga-bunga barangkali ada yang ngasi surprise, tapi kurir yang mengantar paket tersebut mengatakan bahwa paket tersebut COD (pembayaran yang dilakukan secara langsung setelah paket diterima melalui kurir). Teman saya harus membayar sejumlah Rp.188.000, tetapi teman saya menolak karena tidak pernah merasa melakukan pembelian.
Akhirnya saya menyimpulkan bahwa kejadian yang menimpa teman ibu saya dan teman saya tersebut adalah jenis penipuan jenis baru. Diatur lebih manusiawi dan masuk akal. Saya membayangkan di antara kita yang aktif di media sosial ini barangkali sebagian besar memiliki minimal satu aplikasi online shop yang terinstal di Hp kita, lalu bagaimana jika mengalami hal yang serupa dengan kasus di atas.
Era teknologi membuat kehidupan kita semakin dimudahkan, tetapi kita juga patut waspada dengan dampak negatif yang ditimbulkan. Berdasarkan perkiraan statistik internet di Indonesia telah tumbuh 60-70% setiap tahun sejak 2014 dan akan meningkat dari $ 8 miliar pada 2016 menjadi $ 60 miliar pada akhir tahun 2022. Selain itu, sebagian besar konsumen online (79 persen) menggunakan perangkat seluler untuk e-commerce.
Dengan terus meningkatnya jumlah pengguna internet bukan tidak mungkin hal ini akan dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk mendapatkan keuntungan.
Dulunya mungkin kita merasa terbantu dengan cara berbelanja COD ini, karena kita tidak perlu takut dengan barang yang tidak mungkin sampai setelah kita melakukan sejumlah pembayaran. Tetapi ternyata cara ini memiliki kelemahan yang patut diwaspadai. Katakan tidak jika tidak pernah memesan apa pun dan semoga kita selalu dijauhkan dari penipuan jenis apa pun.
Mengutip kata teman saya Varadika Sarah semua orang itu jenius, cuma punya dua sisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H