Lihat ke Halaman Asli

Perempuan Sasak

Perempuan Sasak

Jadilah Aku Sekali Saja (Part I)

Diperbarui: 15 September 2018   23:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay

Sekian lama kau menghilang, tenggelam tanpa jejak. Kau di mana? Aku bahkan kesulitan menemukan jejak terakhirmu. Aku ingin sekali melihat wajah teduhmu, menatapmu lekat-lekat, ingin kukatakan padamu aku pun baik-baik saja. Tak ada yang berubah setelah kau pergi. Aku tetaplah Zhi perempuan dengan hati lapang, tanpa tuntutan. 

Tak sempurna, setidaknya lebih baik. Mereka menyebutku perebut suami orang, lantaran suatu hari membalas kembali cintamu. Di telingaku kalimat semacam itu seperti angin lalu. Mereka hanya tak tahu, aku yang lebih dulu membuat sesak isi celanamu.

kujawab aku hanya dicintai. Mana mungkin aku merebut sesuatu yang bukan hakku, aku sadar diri.

Cukup mencintaimu tanpa menguasai. Ah, alangkah bahagianya perempuan yang bersamamu saat ini. Memilikimu seutuhnya, tidak sepertiku tempat kau pulang, hanya ketika kau merasa kesepian.

Jika ada yang bertanya kenapa hingga sebegitu gila? Tolong katakan pada mereka"Tak ada orang yang memesan gila pada Tuhan ketika hati lebih berkuasa dari logika, hilang seluruh alasan baik"

Aku kembali mengenangmu, dulu kita adalah sepasang kekasih yang sangat bahagia. Lalu setelah kau menemukan ia yang kini menjadi Istrimu kau memutuskan untuk menikahinya dalam tempo yang begitu sangat singkat. Begitukah cinta? Ia merusak hati orang lain, untuk berbahagia dengan hati yang baru? Lalu aku yang terlebih dulu berlama-lama mengisi setiap harimu hanya kebagian menatapmu dengan hati teriris.

Tidakkah kau bayangkan, bagaimana perempuan yang mati-matian mencintaimu kau campakkan begitu saja tanpa rasa sesal? Setidaknya kau berkabar jauh-jauh hari, sudah tak cinta lagi. Bukannya malah menghilang begitu saja seperti bumi bukan lagi tempat kau bernaung. Paling tidak kau tahu cara mengakhiri hubungan yang tak mungkin bermasa depan, jangan kau biarkan aku berlama-lama begitu mencintaimu, seperti kau pun tidak ingin ditinggalkan.

Tidakkah kau berpikir bahwa cara bodohmu mencintaiku menjadi sebab, aku kehilangan cara untuk berbahagia bersama orang lain.

Masih begitu pagi rasanya begitu letih, suntuk, muak dengan hari yang begitu membosankan, rutinitas itu-itu saja. Perempuan-perempuan di sekitarku menatapku seperti teror. Mereka begitu merasa terancam dengan keberadaanku. Diza berbisik di telingaku, "Gadis lajang sepertimu akan sangat rentan tuduhan gila yang tidak beralasan" Aku mengernyitkan alis sebelah kiri, kuteguk segelas susu yang ada di meja kerjaku hingga tandas.

Jujur hari ini yang ada di kepalaku hanya kamu. Aku rindu kau membual, setidaknya pelukanmu yang menentramkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline