Lihat ke Halaman Asli

Finisa Fabira

Mahasiswi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Jember

Kondisi Permintaan Pangan Pada Masa Pandemi Covid-19

Diperbarui: 31 Mei 2020   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh virus corona yang saat ini menyerang umat manusia di bumi. Kemunculan penyakit ini mengakibatkan beberapa negara melakukan sistem Lockdown. Pandemi yang diakibatkan virus corona hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, bahkan penderita dan korban jiwa terus bertambah. Masuknya virus corona membuat Indonesia juga menerapkan sistem lockdown, Physical distancing, dan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang bertujuan untuk mengendalikan penyebaran virus corona.

Pemerintah Indonesia saat ini sedang seriusnya dalam menghadapi pandemi virus corona. Virus ini ditemukan masuk ke Indonesia pada awal Maret lalu dan mengakibatkan hampir seluruh kegiatan di Indonesia terhambat. Sektor industri terpaksa meliburkan karyawannya bahkan terpaksa memberhentikan beberapa karyawan agar perusahaan tidak mengalami kerugian yang besar, akibatnya tingkat pengangguran di Indonesia meningkat.

                Himbauan untuk #dirumahsaja dari pemerintah berdampak terhadap sejumlah aktivitas seperti bekerja dan bersekolah akhirnya dilakukan secara daring dengan istilah WFH (Work From Home) dan LFH (Learning From Home). Himbauan tersebut membuat masyarakat memiliki pola hidup yang baru dan lebih berhati-hati terhadap lingkungan luar. Penetapan Lockdown dan Physical distancing  juga memicu perubahan perilaku masyarakat sebagai konsumen menjadi lebih konsumtif. Masyarakat ekonomi menengah keatas berbondong-bondong menuju supermarket untuk memborong pasokan bahan makanan mereka sebanyak mungkin supaya kebutuhan pangan mereka selama masa stay at home  tercukupi untuk sementara. Sedangkan masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah sering kali mengalami kesusahan dalam memperoleh pasokan pangan mereka.

                Pemerintah telah memastikan jika ketersediaan pangan di Indonesia cukup untuk memenuhi kebutuhan  masyarakat. Tetapi perubahan sifat konsumen ini mengakibatkan permintaan bahan pangan menjadi lebih tinggi daripada sebelumnya. Permintaan bahan pangan yang tidak dapat terpenuhi ini membuat beberapa bahan pangan mengalami kenaikan harga yang berlipat dan kelangkaan barang. Kenaikan harga bahan pangan disetiap daerah berbeda, ada beberapa daerah yang mengalami kenaikan harga relatif kecil dan ada juga yang mengalami kenaikan harga relatif besar. Kegiatan distribusi juga mengalami gangguan akibat adanya penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), sehingga penyebaran pasokan pangan tidak merata. Kondisi seperti ini membuat pemerintah harus lebih waspada terhadap gerakan mafia pangan yang selalu menimbun bahan pangan demi keuntungan mereka tersendiri.

                Upaya menghadapi kelangkaan bahan pangan perlunya kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan masyarakat. Pemerintah harus dengan cepat membuat sebuah strategi matang terhadap petani dan pihak-pihak yang melakukan produksi bahan pangan serta memperhatikan proses distribusi dan logistiknya. Masa pandemi Covid-19 ini perlu kesadaran masyarakat terhadap daya beli mereka pada bahan pangan, perlunya sifat toleransi dan tidak serakah dalam membeli pasokan pangan. Sifat toleransi dan tidak serakah tersebut akan berdampak baik terhadap pemerataan bahan pangan di masyarakat, sehingga tidak ada masyarakat yang merasa kekurangan atau tidak kebagian bahan pangan.

                Menurut berita yang dilansir pada alinea.id (17/05/2020) menjelang bulan Ramadhan lalu, Perusahaan Umum Badan Usaha Logistik (Perum Bulog) menyatakan jika stok beras dan gula menjelang Idul Fitri aman. Hal ini dikarenakan pada bulan Mei dan Juni merupakan masa-masa petani melakukan panen, sehingga pihak Bulog melakukan penyerapan terhadap gabah dan beras yang telah dipanen oleh petani. Pihak Bulog saat ini telah menyerap hampir 15 ribu ton gabah dan beras/hari untuk disebarkan ke seluruh pelosok negeri. Penyerapan juga dilakukan terhadap pasokan gula, Bulog tetap melakukan kegiatan importasi dan diverifikasi jika penyebaran gula telah merata di seluruh wilayah Indonesia. Penyebaran gula oleh Bulog telah terlaksana dalam bentuk operasi pasar, dimana Bulog mengeluarkan sebanyak 2 ribu hingga 3 ribu ton gula pasir dalam satu hari. Penyebaran beras dan gula ini diharapkan mampu membuat harga kedua bahan ini menjadi stabil menjelang Hari Raya Idul Fitri.

                Demikian artikel yang saya buat, kurang lebihnya saya ucapkan mohon maaf jika ada salah dalam kata dan penyampaiannya. Semoga bermanfaat, jangan lupa #stayathome dan tetap jaga kesehatan. Sekian terima kasih~

                 

               

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline